Kamis 16 Jan 2014 16:18 WIB

Pentingnya Introspeksi Diri di Awal Tahun

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Endah Hapsari
Pesta kembang api di kawasan Monas, Jakarta, menyambut tahun baru/ilustrasi
Foto: ANTARA
Pesta kembang api di kawasan Monas, Jakarta, menyambut tahun baru/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Memaknai tahun baru bagi individu, keluarga, dan negara harus didasarkan pada introspeksi diri. Introspeksi perilaku diri. Sejauh mana kualitas interaksi kepada sesama atau terhadap Allah SWT. “Sudah jauh lebih baik atau masih kurang,” kata pembina al-Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) Ustaz M Zaaf Fadhlan Rabbani al Garamatan.

Dalam konteks kehidupan berumah tangga, sejauh mana seorang ayah mampu  memimpin rumah tangganya, ibu sudah taatkah terhadap suami, dan mengelola rumah tangga serta mendidik anak-anaknya. Demikian pula dengan anak, sejauh mana bakti untuk mematuhi perintah kedua orang tua dan membahagiakan mereka.

Dalam aspek sosial dan bernegara pun wajib introspeksi diri. Sejauh mana masyarakat saling tolong-menolong terhadap yang membutuhkan dan pemerintah bertanggung jawab pada rakyatnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Dinamika Umat, Ustaz Hasan Basri Tanjung, mengatakan, hakikat pergantian tahun adalah waktu yang berputar dan berkurangnya waktu hidup di dunia. Berkurangnya usia berarti hilangnya kesempatan sebelumnya untuk meningkatkan amal ibadah. “Waktu tidak bisa berhenti dan tak bisa kembali dan terganti,” ujarnya. Umat Islam seharusnya menyadari dengan waktu yang berlalu dengan cepat, maka kematian juga semakin dekat.

Hasan menceritakan kisah Imam al-Ghazali yang bertanya kepada murid-muridnya mengenai sesuatu yang paling dekat. Menurutnya, sesuatu yang paling dekat adalah kematian. Sedangkan, sesuatu yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu. Karena, waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali.

Oleh karena itu, dengan masih diberikan kesempatan hidup dalam pergantian tahun kali ini, umat Muslim harus bersyukur telah diberikan kesempatan untuk terus memperbanyak ibadah. Orang tua yang masih diberikan hidup saat ini diberikan kesempatan untuk menyayangi anak-anaknya. Guru masih memiliki kesempatan untuk mendidik murid-muridnya. Pun demikian, dengan pemimpin yang telah berbuat lalai, mestinya selama masih ada peluang agar bertobat. “Tiap Muslim harus meminta ampunan pada-Nya,” katanya.

Menurut Hasan, dalam ajaran Islam, pergantian waktu itu sejak terbenam matahari, bukan tengah malam pada jam 12 malam. Karena, justru pada tengah malam tidak ada peristiwa yang terjadi. Pergantian tahun mestinya dihiasi dengan syukur dan zikir. “Awal tahun momentum bermuhasabah,” katanya.

Namun saat ini, ungkap dia, banyak Muslim yang tidak mengerti makna pergantian tahun. Hal itu karena struktur bangunan umat Islam yang lemah. Paling utama adalah rapuhnya benteng keluarga. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement