Jumat 20 Jul 2012 22:22 WIB

Utsman bin Mazh'un, Muhajirin Pertama yang Wafat di Madinah (5-habis)

Rep: Hannan putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: techang.free.fr
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pada suatu hari Utsman bin Mazh’un  masuk masjid dengan pakaian usang yang telah sobek-sobek yang ditambalnya dengan kulit unta, sementara Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya.

Hati Rasulullah pun bagaikan disayat melihat itu, begitu juga para sahabat, air mata mereka mengalir karenanya.

Rasulullah SAW bertanya kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian, bila kalian punya pakaian satu stel untuk pakaian pagi dan sore hari diganti dengan stelan lainnya, kemudian disiapkan di depan kalian suatu perangkat wadah makanan sebagai ganti perangkat lainnya yang telah diangkat, serta kalian dapat menutupi rumah-rumah kediaman kalian sebagaimana Ka’bah bertutup?”

“Kami ingin hal itu dapat terjadi, wahai Rasulullah,” ujar Mereka, “Hingga Kita dapat mengalami hidup makmur dan bahagia!”

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hal itu telah terjadi. Keadaan kalian sekarang ini lebih baik dari keadaan kalian waktu lalu!”

Tetapi, Ibnu Mazh’un yang turut mendengar percakapan itu bertambah tekun menjalani kehidupan yang bersahaja dan menghindari sejauh-jauhnya kesenangan dunia.

Bahkan, sampai-sampai kepada menggauli istrinya ia tak hendak dan menahan diri. Seandainya hal itu tidak diketahui oleh Rasulullah SAW yang segera memanggil dan menyampaikan kepadanya, “Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak atas dirimu.”

Ibnu Mazh’un amat disayangi oleh Rasulullah SAW. Tatkala rohnya berkemas-kemas hendak berangkat, hingga dengan demikian ia merupakan Muhajirin pertama yang wafat di Madinah dan yang mula-mula merintis jalan menuju surga, Rasulullah SAW berada di sisinya.

Rasulullah SAW membungkuk menciumi kening Ibnu Mazh’un serta membasahi kedua pipinya dengan air yang berderai dari kedua mata beliau yang diliputi duka cita. Hingga di saat kematiannya, wajah Utsman tampak bersinar gilang-gemilang.

Rasulullah SAW bersabda, melepas sahabat­nya yang tercinta itu, "Semoga Allah memberimu rahmat, wahai Abu Saib. Engkau pergi meninggalkan dunia, tak satu keuntungan pun yang kamu peroleh daripadanya, serta tak satu kerugian pun yang dideritanya daripadamu.”

Dan sepeninggal sahabatnya, Rasulullah yang amat penyantun itu tidak pernah melupakannya, selalu ingat dan memujinya. Bahkan, untuk melepas putri beliau, Ruqayyah, yakni ketika nyawanya hendak melayang, adalah kata-kata berikut, “Pergilah, susul pendahulu kita yang pilihan. Utsman bin Mazh’un!”

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement