REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan halaqah dan sholat dzuhur berjamaah bisa dimanfaatkan untuk membangun kesadaran bersama masyarakat Jakarta agar memanfaatkan masjid sebagai rumah ibadah dan syiar agama dan menyebarkan gerakan islam yang rahmatan lil alamin.
“Halaqah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para takmir masjid tentang pentingnya menjaga rumah ibadah dari hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam,” papar Koordinator Forum Silaturahmi Takmir Masjid (FSTM) Jakarta, Husny Mubarok Amir pada acara halaqah takmir masjid dan sholat dzuhur berjama'ah dengan tema "Mewujudkan Masjid Sebagai Wadah Pemersatu Umat dan Bangsa" di Masjid Jami' Al-Falaah di Jalan Masjid I, No 12 Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (22/3).
Husny menjelaskan, kehadiran FSTM Jakarta untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada para takmir masjid dan pengurus masjid agar bisa memanfaatkan masjid sebagai rumah ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, seperti pengajian dan pemberdayaan ekonomi umat serta menyelenggarakan kegiatan pada saat peringatan hari besar islam.
"Peran takmir masjid, dan tokoh masyarakat alim ulama sangat strategis untuk terus mengampanyekan tentang fungsi dan kegunaan rumah ibadah khususnya masjid sebagai Baitullah, sebagai pemersatu umat," katanya.
Ia menambahkan, pihaknya terus melakukan ikhtiar untuk mendampingi umat dalam menjaga kultural agar tetap bersatu padu membangun bangsa. Pasalnya, masjid memiliki peran penting dan potensi yang begitu besar. "Ada tiga unsur potensi yang harus dikembakan yaitu pelatihan imam masjid, takmir masjid, dan aktivis masjid seperti remaja masjid, " katanya.
Sementara itu, Ahmad Muslim Wakil Koordinator FSTM Jakarta menilai bahwa saat ini fenomena maraknya aksi teroris dan gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama seperti jihad masih menjadi ancaman bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, kegiatan seperti ini juga sebagai bagian peran penting para takmir masjid agar bisa menjaga masjid dari ancaman gerakan radikalisme.
"Dari masjid, kita serukan gerakan antikekerasan dan radikalisme, mari kita kampanyekan hidup damai rukun demi terciptanya keutuhan NKRI. Pasalnya, adanya pembiasan pemaknaan jihad yang melukai nilai-nilai kemanusiaan dan berlawanan dengan teks-teks ajaran Islam sendiri," ujarnya.
Ia menilai, tidak dipungkiri saat ini banyak masjid di Jakarta yang dijadikan tempat penyebaran paham dan gerakan radikalisme. Oleh karenanya untuk memutus mata rantai, pihaknya terus gencar menyebarkan virus bahwa islam itu merupakan agama yang cinta damai anti kekerasan dan mengkampanyekan gerakan islam yang rahmatan lil alamin, mencitai sesama umat manusia dan saling merangkul tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.
“Dengan kata lain, tantangan kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia adalah radikalisme. Radikalisme berpuncak pada terorisme, akibatnya, bangsa Indonesia dilanda krisis multidimensi dan dekadensi moral," katanya.
Halaqah takmir masjid ini diikuti oleh perwakilan takmir masjid dari dua wilayah yakni Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Dengan pembicara di antaranya Habib Syafiq bin Syech Abu Bakar bin Salim, KH Ma'mun Al Ayyubi, KH Soleh Sofyan dan Ustadz Atok Al Jawawi.