REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konten keislaman tidak melulu dalam bentuk buku, berita di media cetak maupun online. Permainan berbentuk kartu juga bisa menyimpan unsur edukasi untuk menambah pengetahuan ke-Islaman dengan cara menyenangkan.
Konsep inilah yang digagas oleh Peter Gouldart, seorang mualaf dari Australia. Permainan ini akan membawa kesenangan, pelajaran dan kebersamaan.
"Saya seorang desainer juga, saya ingin menyatukan orang-orang untuk bisa berkumpul tanpa televisi atau PS dan lepas dari elektronik," ujarnya kepada Republika saat acara 'Ayo Bermain 5 Pilar' di Gramedia Pondok Indah, Jakarta, Sabtu (17/3).
Menurutnya, permainan ini baru pertama kali diperkenalkan di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan penduduk Islam terbanyak di dunia.
"Jadi permainan ini ada beberapa negara lain, yang belum masyarakat Indonesia yang masyarakat muslimnya besar dan akhirnya memasarkan produknya ke sini," ucapnya.
Awalnya ia mendesain permainan ini bersama gurunya beberapa tahun lalu. Sosoknya yang mualaf menambah keinginannya untuk memasarkan produk ini kepada khalayak.
"Saya sudah menjadi mualaf sejak enam tahun lalu. Ini permainan yang membuat anak-anak tersenyum dan menyenangkan," ungkapnya.
Permainan ini menyasar keluarga muslim sehingga ada kebersamaan dalam menyelesaikan teka-teki dalam pertanyaan, yang telah disusun Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
"Saya punya keluarga dan tiga anak, ingin belajar yang fun. Permainan ini seru. Ada sembilan konsep permainan ini. Ada juga aplikasinya," ungkapnya.
Ke depan, ia mengharapkan anak-anak muslim Indonesia bisa memperkenalkan permainan ini di lingkungan sekolahnya. Sehingga secara bersama-sama bisa mengingat sejarah Islam.
"Kami juga memiliki strategi melalui televisi, influencer dan sosial media, serta mulut ke mulut bahwa ini adalah permainan bagus," ucapnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
