REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pendiri Civilizations Exchange and Cooperation Foundation (CECF), Imam Mohamad Bashar Arafat, belum lama ini melakukan kunjungan ke Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, ia mengajak tokoh-tokoh Islam Indonesia aktif mewujudkan perdamaian dunia.
"Melalui dialog ke orang-orang, program pertukaran budaya, pengalaman belajar bahasa, kegiatan antar agama, konferensi, seminar akademis dan publikasi khusus," kata Bashar dalam seminar internasional Global Challenges Facing Muslim Today: Ways to Respond di Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Kamis (28/12) lalu.
Dalam kesempatan itu, ia turut mengungkapkan keprihatinannya atas pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang akan memindahkan Kedutaan Besar AS untuk Israel ke Yerusalem. Menurut Bashar, rencana itu tidak lain hanya akan menimbulkan kegaduhan.
"Kebijakan ini telah menimbulkan kegaduhan dunia yang dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan," ujar Bashar.
Untuk itu, ia mengundang tokoh-tokoh Islam atau imam-imam yang ada di Indonesia bergabung ke CECF, demi mengembalikan kejayaan Islam yang rahmatan lil alamin. Ia mengatakan Indonesia ternyata belum mengirimkan tokoh-tokohnya untuk bergabung dalam CECF di AS. Apalagi, Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar dunia, sehingga aneh rasanya bila tidak diikutsertakan. Padahal tidak sedikit tokoh-tokoh, dosen dan mahasiswa agama lain turut serta dalam program-program CECF baik nasional maupun internasional.
Bashar menjelaskan, CECF memiliki misi untuk mendorong kerjasama orang-orang dari berbagai agama dan budaya di seluruh dunia. Bashar mengaku telah meminta anggota-anggota CECF melaksanakan program-program di Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara. Ia menekankan, mereka bekerja di bawah naungan Departemen Luar Negeri AS untuk memberdayakan masyarakat sekitar.
Sebagai organisasi, CECF didirikan pada 2000 lalu sebagai organisasi nirlaba di Negara Bagian Maryland. Menurut Bashar, tujuan didirikannya CECF tidak lain untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi atas keberagaman melalui budaya dan peradaban.