Jumat 15 Dec 2017 11:04 WIB

Santri Pun Piawai Cas Cis Cus Berbahasa Inggris

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Pimpinan Ponpes Khas Kempek, Cirebon, KH Musthofa Aqil Siraj (Ilustrasi)
Foto: ROL/Agung Sasongko
Pimpinan Ponpes Khas Kempek, Cirebon, KH Musthofa Aqil Siraj (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  "Walau tinggal di pesantren yang kesannya tradisional, tapi santri harus bisa menunjukkan bahwa mereka juga mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris, yang merupakan bahasa internasional," tegas Inggih Fadilah (17), saat ditemui di Pondok Pesantren Kiai Haji Aqil Siroj (KHAS) Kempek, Kabupaten Cirebon, Kamis (14/12).

 

Inggih adalah salah seorang santri dari Pondok Pesantren Al Shighor Gedongan, Kabupaten Cirebon. Dia hadir ke Pondok Pesantren KHAS Kempek untuk mengikuti English Story Telling Competition.

Dalam kompetisi itu, Inggih dengan penuh kepiawaiannya bercerita dengan tema Allah SWT adalah segalanya. Melalui cerita itu, dia menyampaikan, bahwa seorang makhluk tidak boleh mencintai apapun melebihi kecintaannya kepada Sang Pencipta.

 

Cerita tersebut tentu disampaikan Inggih dalam Bahasa Inggris. Bahasa internasional itu diucapkannya dengan lancar, seolah-olah sedang berbicara dalam bahasa Indonesia.

 

Inggih menuturkan, di pesantren tempatnya menimba ilmu, bahasa Inggris memang wajib digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Karena itu, tak heran jika dirinya begitu mahir ber-cas cis cus dalam bahasa Inggris. Bahasa itu digunakan secara bergantian dengan bahasa Arab, yang juga wajib menjadi bahasa pergaulan para santri.

 

Untuk santri yang belum mahir berbahasa Inggris dan Arab, maka komunikasi dilakukan dengan bebasan (bahasa Cirebon halus), tutur santri kelahiran Kabupaten Sumedang itu.

 

Selain memang wajib digunakan di lingkungan pesantren, Inggih mengaku, termotivasi untuk piawai berbahasa Inggris mengingat pentingnya bahasa tersebut. Menurutnya, dengan menguasai bahasa Inggris, maka santri akan memiliki kesempatan yang lebih luas untuk bersaing di tingkat global.

 

Hal senada diungkapkan santri lainnya yang menjadi peserta English Story Telling Competition, Aninda Defitri. Santri kelas X Madrasah Aliyah (MA) KHAS Kempek itupun termotivasi untuk mahir berbahasa Inggris karena bahasa itu merupakan bahasa internasional. "Jadi nanti bisa berdakwah dalam bahasa Inggris," tutur Aninda.

 

Di kompetisi tersebut, Aninda ber-cas cis cus dalam bahasa Inggris mengenai kisah candi Rorojonggrang. Di balik cerita yang disampaikannya itu, ada pesan positif kepada siapapun untuk tidak melakukan sesuatu dengan kecurangan.

 

Aninda mengaku, sudah mempelajari bahasa Inggris sejak duduk di bangku kelas enam sekolah dasar (SD). Bahasa tersebut semakin mantap digunakannya saat mondok diPesantren KHAS Kempek saat usia sekolah menengah pertama (SMP). "Di sini ada klub dan komunitas bahasa Inggris," terang Aninda.

 

Salah seorang pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek, Kiai Muhammad Bin Jafar, mengatakan, pihaknya memang menanamkan pentingnya bahasa Inggris kepada para santrinya. Selain untuk menghadapi persaingan global, kemampuan berbahasa Inggris yang baik juga akan memudahkan santri untuk menyampaikan ilmu agama di tingkatan global.

 

"Siapa yang menguasai bahasa suatu kaum, maka dia akan selamat dari tipu daya kaum tersebut," tegas Muhammad.

 

Muhammad menyebutkan, jumlah santri di Pondok Pesantren KHAS Kempek ada sekitar 3.500 santri. Namun, dari jumlah tersebut, baru ada sekitar sepuluh persen yang sudah melek bahasa Inggris.

 

Muhammad pun mengapresiasi adanya English Story Telling Competition yang digelar oleh PT HM Sampoerna tersebut. Apalagi, kompetisi itu juga jadi penanda dimulainya Program Literasi Bahasa Inggris untuk Komunitas Pesantren di Jawa Barat.

 

Head of West Java Zone PT HM Sampoerna, Yohan Lesmana, menjelaskan, Program Literasi Bahasa Inggris untuk Komunitas Pesantren di Jawa Barat itu dilaksanakan di enam pesantren. Yakni di Cianjur, Sukabumi, dan Cirebon.

 

Untuk tahap awal, sasaran program tersebut baru dilakukan terhadap 240 santri di enam pesantren di tiga kota itu. Ke depan, program yang dirancang bersama Yayasan Senyum Untuk Negeri tersebut akan dilakukan secara lebih luas.

 

"Kami ingin menciptakan individu yang cakap berbahasa Inggris sehingga memiliki kesempatan yang lebih luas," tutur Yohan.

 

Sementara Dirut Yayasan Senyum Untuk Negeri, Widi Sulistiono, mengatakan, dalam menjalankan Program Literasi Bahasa Inggris, pihaknya membuat teknik belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, para santri akan lebih mudah dalam mempelajari bahasa Inggris. Mereka tidak berasa sedang belajardalam bahasa Inggris," tandas Widi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement