Selasa 05 Dec 2017 23:05 WIB

Jihad Pesantren Berbasis Literasi untuk Tangkal Radikalisme

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Puluhan Kiai dan Nyai menggelar halaqah di Bogor. Kegiatan yang bertema Jihad Pesantren Berbasis Literasi: ikhtiar Menangkal Radikalisme Beragama ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Desember 2017. (
Foto: dok. Istimewa
Puluhan Kiai dan Nyai menggelar halaqah di Bogor. Kegiatan yang bertema Jihad Pesantren Berbasis Literasi: ikhtiar Menangkal Radikalisme Beragama ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Desember 2017. (

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Peran penting pesantren dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa di era teknologi sangat lah penting. Pasalnya pemahaman radikal di kalangan masyarakat saat ini terus berkembang. Karena itu, Pusat Studi Pesantren (PSP) menggelar kegiatan Halaqah Kiai dan Nyai di Bogor yang dilaksanakan pada tanggal 4-6 Desember 2017.

Halaqah ini membahas tentang tema besar "Jihad Pesantren Berbasis Literasi: ikhtiar Menangkal Radikalisme Beragama" ini diikuti oleh sekitar 50 kiai dan nyai pimpinan dan pengasuh pondok pesantren dari berbagai daerah.

Direktur Pusat Studi Pesantren (PSP), Achmad Ubaidillah mengatakan, ikhtiar yang dilakukannya ini merupakan usaha menjalin jaringan dan konsolidasi lintas pesantren untuk mewujudkan tujuan bersama dalam meningkatkan literasi pesantren sebagai upaya menangkal radikalisme agama.

Tantangan pesantren di era teknologi tidaklah mudah mengingat propaganda radikal saat ini memanfaatkan berbagai ruang media digital, ujar Ubaidillah dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/12).

Pimpinan Pesantren Al-Falak Pagentongan, Loji, Kota Bogor ini menuturkan, upaya literasi pesantren sudah dilakukan oleh Pusat Studi Pesantren ke berbagai daerah. PSP sudah keliling ke delapan provinsi untuk meningkatkan penguatan literasi pesantren di era digital.

"Saat ini kami sudah memiliki sekitar 600 kader," ucapnya.

Ubaidillah menilai, halaqah para kiai dan nyai ini penting sebagai wujud meneruskan perjuangan para ulama pendahulu. Menurutnya, para ulama terdahulu juga tidak berhenti memperkuat konsolidasi dalam menghadapi sekaligus mencari solusi atas problem bangsa dan negara. Perjumpaan para ulama pesantren seperti Syekh Nawawi Al-Bantani, KH Hasyim Asyari adalah usaha memperkuat perjuangan, katanya.

Dalam memperjuangkan literasi pesantren ini, Ubaidillah mengaku terinspirasi dari kakek buyutnya, KH Tubagus Muhammad Falak, ulama kharismatik kelahiran Pandeglang dan pendiri NU di Bogor. Halaqah ini merupakan upaya rekontekstualisasi perjumpaan para kiai, jelasnya.

Menurut Ubaidillah, pimpinan elit agama, termasuk kiai sebagai pengasuh, dai, pimpinan organisasi sosial keagamaan, maupun pimpinan politik yang berbasis agama, memegang kunci penting ke mana layar akan berkembang dan ke mana biduk agama akan dibawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement