Selasa 28 Nov 2017 16:09 WIB

UBN dan Rizieq Jadi Idola Anak Muda

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag  Prof Dr Abdurrahman Mas’ud PhD  membuka Diklat Pemanfaatan Teknologi Informasi di Jakarta, pertengahan November 2015..
Foto: Dok Kemenag
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Prof Dr Abdurrahman Mas’ud PhD membuka Diklat Pemanfaatan Teknologi Informasi di Jakarta, pertengahan November 2015..

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abdurrahman Mas'ud mengatakan, bahwa saat ini idola anak muda telah mulai bergeser dari yang awalnya merujuk ke tokoh moderat menjadi ke tokoh radikal. Hal ini disampaikan Mas'ud dalam kegiatan laporan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan 2916 di Jakarta, Selasa (28/11).

Dia mencontohkan, seperti anak muda yang aktif di Rohis sekolah kini sudah banyak yang merujuk pada tokoh-tokoh yang bisa memunculkan paham-paham radikal. "Rohis misalnya di kami dari Balitbang Semarang itu menemukan terjadi shift idola anak muda sekarang, dari radikalisme itu muncul. Anak SMA favorit rujukannya berubah tokohnya itu 2017," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (28/11).

Menurut Mas'ud, beberapa Rohis sekolah di Yogyakarta dan Semarang itu, tokoh seperti Quraish Shihab dan Gus Mus tidak populer lagi. "Di Jateng tokoh seperti Quraish Shihab, Gus Mus, memang itu kalangan tidak populer di mata pelajar aktivis Jateng DIY. Yang setengah populer itu Hasyim Muzadi, Gus Dur, itu tengah-tengah. Justru paling populer adalah Bachtiar Nasir (UBN), Habib Rizieq," ucapnya.

Melihat fenomena tersebut, maka saat ini perlu untuk mengonter pemahaman-pemahaman keagamaan di sekolah tersebut. Salah satunya, dengan cara menata rohis dan memasukkan penyuluh keagamaan.

"Dengan penataan rohis, karena saat ini tidak terkontrol. Di kami, temuan kami itu perlu masuknya para penyuluh ke sekolah. Kalau rohis ini kan penyuluh Islam. Jadi perlu penyuluh yang lebih tahu," katanya.

Ia menambahkan, mentoring Rohis di sekolah selama ini tidak pernah disaring. Karena, yang dijadikan mentor adalah alumni-alumni sekolah yang belum jelas pemahaman keagamaannya. "Kemudian ideologi mereka tidak jelas, bukan ideologi yang memahami soal keislaman dan keindonesiaan, tapi dianggap berhasil dan dijadikan mentor di sana," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement