Rabu 22 Nov 2017 15:02 WIB

NTB Gudangnya Ulama Bertaraf Internasional

Rep: Novita Intan/ Red: Esthi Maharani
Pondok Pesantren Nurul Islam, Sekarbela, Mataram, NTB siap menjadi tuan rumah Munas Alim Ulama NU. Pondok Pesantren Nurul Islam, Sekarbela, Mataram, NTB siap menjadi tuan rumah Munas Alim Ulama NU, Rabu (22/11).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Pondok Pesantren Nurul Islam, Sekarbela, Mataram, NTB siap menjadi tuan rumah Munas Alim Ulama NU. Pondok Pesantren Nurul Islam, Sekarbela, Mataram, NTB siap menjadi tuan rumah Munas Alim Ulama NU, Rabu (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan gudangnya ulama-ulama bertaraf internasional. Pulau Sumbawa NTB, daerah Dompu, dan Bima dikenal sebagai pusat pesantren.

Panglima Santri Nusantara, Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan Sumbawa sudah sejak dulu menjadi simpul utama jejaring ulama pesantren dibagian timur. Banyak para ulama dari berbagai daerah mengajar di daerah ini.

"NTB dalam sejarah persebaran Islam menjadi salah satu poros pengembangan Islam Ahlussunnah wal jamaah di Indonesia Timur. Banyak muncul ulama-ulama besar dari NTB yang telah berperan dalam berdirinya NKRI yang perlu kita ketahui bersama," ujarnya saat acara Seminar Nasional Mahaguru Ulama Nusantara di Masjid Istiqal, Jakarta, Rabu (22/11).

Sebut saja, Datuk Raja Lelo atau dikenal dengan nama Datuk Ri Bandang dari abad 17 yang pernah singgah mengajar di Bima dan mendakwah Islam di sana. Kemudian, Syekh Ismail di Dompu yang menjadi guru di istana sejak abad 18. Dari situlah muncul Syekh Abdul Gani Bima yang menjadi guru Syekh Nawawi al Bantani dan ulama-ulama lainnya.

Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali Syah pada abad 18 pernah mengundang Syekh Umar al Bantani (Ayah Syekh Nawawi Banten) untuk menjadi guru besar di Bima. Ada juga beberapa ulama Sumbawa lainnya seperti Syekh Umar bin Abdur Rasyid as Sumbawi, Syekh Muhammad Ali bin Abdur Rasyid bin Abdullah Qadhias Sumbawi, dan Tuan Guru Zainuddin Sumbawi yang tinggal di Mekkah semasa dengan Syekh Nawawi Banten.

Tuan Guru Zainuddin Sumbawi ini juga menjadi simpul ulama di Nusantara bagian timur. Ia meneruskan jejak gurunya Syekh Abdul Ghani Bima yang juga menjadi gurunya para kiyai dari Jawa. Salah satu muridnya yang meneruskan dan menjalurkan ke ulama-ulama berikutnya di Lombok adalah Tuan Guru Haji Umar.

Ketika kembali ke Lombok, ia membuka pesantren yang kemudian melahirkan ulama-ulama kenamaan. Para santrinya bukan hanya dari masyarakat lokal, tapi juga dari Palembang, Johor, Penang, Kedah, Perak, Bali dan Lampung. Diantara muridnya yang terkenal adalah Syekh Ahmad bin Yusufal Qisti, Tuan Guru Haji Rais Sekarbela, Tuan Guru Haji Zainuddin Pancor dan Tuan Guru Haji Syarafuddin Pancor. Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul Majid Pancor Lombok adalah pendiri Nahdlatul Wathan yang mengkonsolidasikan kembali simpul jaringan keulamaannusantara yang berbasis di Lombok.

"Jejaring ulama tersebut mereka menggalang dan mengonsolidasikan diri untuk membangun kecintaan terhadap tanah air, menyamai semangat nasionalisme dan menekadkan diri untuk memerdekan tanah air dari cengkeraman kolonial para penjajah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement