Selasa 21 Nov 2017 09:58 WIB

Pembangunan RS Indonesia di Myanmar Satukan Berbagai Etnis

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, Myanmar, Ahad (19/11).
Foto: dok. MPR RI
Peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, Myanmar, Ahad (19/11).

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Mrauk U, Rakhine, Myanmar mengumandangkan pesan perdamaian dan menyatukan berbagai etnis di Myanmar. Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) memandang hal tersebut terlihat saat acara peletakan batu pertama atau groundbreaking RSI yang digelar pada Ahad (19/11).

"Sekitar seribu orang berkumpul di RS Indonesia pada saat acara groundbreaking, mereka dari berbagai etnis dan agama bersatu bersama dengan keadaan damai, RS Indonesia ini simbol perdamaian di Myanmar," kata Site Manager RS Indonesia di Myanmar, Nur Ikhwan Abadi kepada Republika melalui keterangan tertulis, Selasa (21/11).

Ia mengatakan, terlihat sekali pesan perdamaian dari program pembangunan RSI. Para pekerja yang berada di RSI juga berasal dari komunitas Muslim dan Buddha. Mereka bekerja bersama tanpa ada sikap saling bermusuhan di antara mereka.

"Program ini sebagai usaha diplomasi kemanusiaan yang dilakukan oleh MER-C yang menjadi inisiator dari program pembangunan RS Indonesia di Rakhine, Myanmar," ujarnya.

Ikhwan menjelaskan, pembangunan RSI di Rakhine merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan yang sudah dilakukan MER-C sejak mendirikan RS Indonesia di Gaza, Palestina. Dimulai dengan misi pertama MER-C ke Rakhine pada tahun 2012 dan dilanjutkan dengan assessment ke lokasi lahan RS Indonesia di Mrauk U pada Agustus 2015.

Saat itu didampingi oleh staf KBRI, Tim langsung melakukan pembelian atau pembebasan lahan karena tanah milik negara. Setelah pekerjaan tahap pertama pembangunan pagar dan penimbunan lahan selesai pada Agustus 2017.

"Selanjutnya MER-C menunjuk salah satu kontraktor lokal terbaik di Myanmar untuk melanjutkan pembangunan bangunan utama," ujarnya.

Ia menambahkan, meskipun pembangunan diserahkan kepada kontraktor lokal, MER-C tetap menempatkan relawan insinyur di lapangan untuk mengawasi seluruh proses pembangunan RSI sampai pembangunan selesai.

"Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab kepada masyarakat Indonesia yang telah mendanai program ini," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement