Kamis 02 Nov 2017 04:00 WIB

Alihkan Musibah dengan Shalat Subuh Berjamaah

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Subuh keliling (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Subuh keliling (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  Kejadian yang tidak biasa dialami oleh masyarakat Kabupaten Ketapang tahun lalu. Musibah badai mendadak berbalik arah dari kota itu, dan itu diasumsikan sebagai sebuah keajaiban karena pelaksanaan Subuh Keliling (Suling) secara rutin.

Ternyata keajaiban gerakan shalat subuh berjamaah, selain di Turki bisa memakmurkan masyarakatnya, di Indonesia shalat subuh berjamaah mampu mengalihkan musibah. Seperti yang dipaparkan oleh pencetus Subuh Keliling (Suling) Uti H Konsen yang menceritakan bagaimana badai berubah haluan.

Tahun lalu, dari BMKG meramalkan Ketapang akan ada badai. Benar saja itu terjadi, ketika badai ingin menerpa Ketapang, para nelayan di laut sudah berteriak-teriak. Tetapi anehnya, angin badai itu berubah arah, akhirnya malah kena ke Sampit. Itu cerita dari orang-orang ya. Kita hanya berpikir oh berarti usaha kita diridhoi Allah swt, jelas Uti Konsen kepada Republika, Rabu (1/11).

Tidak hanya musibah alam, musibah yang bisa saja disebabkan oleh manusia seperti kerusuhan antar etnis, juga tidak dialami masyarakat Kabupaten Ketapang. Padahal di kabupaten itu juga terdapat etnis Madura, dan ini disaksikan oleh masyarakat, dan Suling sendiri sudah menjadi keajaiban.

Ada lagi, misalkan ketika musim hujan, dan kami mau memulai Suling, hujan itu mendadak berhenti. Ketika sampai di masjid baru hujan kembali turun. Tapi ketika selesai Suling, hujan kembali berhenti. "Nah fenomena ini yang ajaib," papar Uti Konsen.

Anak dari Uti Konsen, Uti Ridha Syuhada juga memaparkan 17 tahun berjalannya Suling. Perkembangannya memang pesat sekali, karena bisa dibilang Suling Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ini menjadi barometer bagi Suling di daerah lain, jelas dia.

Saat ini, sudah banyak kota-kota yang menjalani Suling, walaupun belum rutin. Sementara di Kabupaten Ketapang sudah rutin, dari masjid ke masjid, dari surau ke surau se-Kabupaten Ketapang didatangi. Dari Ketapang, menyebar ke Bangka Belitung, kemudian Banjarmasin, Balikpapan, Jakarta juga sudah mulai sedikit.

Jamaah Suling juga, kata dia, sudah diundang datang ke Brunei Darussalam, diundang oleh Sultan Bolkiah. Suling memperkenalkan apa sebenarnya Suling ini.

"Kita jelaskan pada mereka, sebenarnya Suling itu konsepnya sangat sederhana, shalat subuh berjamaah, lalu tausiyah 15 menit, lalu silaturahim, entah kue, entah kopi, dan sebagainya. Dan itu sendiri tidak boleh pakai uang masjid. Tidak boleh. Kalau mau sedekah sok silahkan, tapi kalau pakai uang masjid kita tidak mau," ucap dia.

Selain suling, sudah enam tahun belakang ini, rumah Uti Konsen khusus dijadikan tempat silaturahim membahas tentang tahajud. Siapapun yang datang, entah ustaz dari Jakarta, dipersilakan.

Dan gerakan shalat tahajud ini, juga mampu memberikan kesan kepada mereka yang datang ke Kabupaten Ketapang. Setiap orang yang datang ke Ketapang, mau itu ustaz atau kiai, mereka turun dari pesawat pasti mengatakan ada nuansa tersendiri ketika menginjakkan kaki di tanah Kabupaten Ketapang.

"Jadi mereka mengatakan ada nuansa sendiri yang tidak bisa diungkap, dan itu dikatakan oleh Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Yusuf Mansyur, dan kemarin itu Ustaz Ali Jabar," papar Uti Konsen.

Uti Konsen mengatakan, sama seperti hadits nabi. Rumah yang ditegakkan dengan shalat tahajud akan bercahaya, seperti melihat bintang di langit. Dan itu yang diharapkan, andai setiap rumah di Ketapang itu shalat tahajud, bisa dibayangkan seperti apa terangnya.

"Jadi kita memang mengangkat hadits-hadits nabi itu. Jadi kalau ada ustaz dari daerah-daerah lain, itu kita selalu minta untuk angkat tausiyah soal itu. Jadi disamping Suling, juga ada Silaturahim Tahajud. Khusus untuk bicara soal tahajud," papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement