Ahad 22 Oct 2017 06:05 WIB

Kirab dan Shalawat Sambut Hari Santri

Santri melakukan penyambutan rombongan Hari Santri Nasional di Ponpes Asshiddiqiyah, Jakarta, Sabtu (21/10).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Santri melakukan penyambutan rombongan Hari Santri Nasional di Ponpes Asshiddiqiyah, Jakarta, Sabtu (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Eka Permana dan Febrianto Adi Saputro

Hadrah bergema di seluruh penjuru Pondok Pesantren Al Misbah, Jakarta Utara. Tuan rumah menyuguhkan musik tersebut untuk menyambut tamu yang bertandang. Mereka adalah peserta kirab yang mengunjungi sejumlah pesantren menjelang peringatan Hari Santri Nasional.

Sehari menjelang peringatan Hari Santri, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta menggelar kirab ke pesantren-pesantren. Peringatan Hari Santri Nasional 2017 bakal berlangsung pada Ahad (22/10) ini mengusung tema “Santri Mandiri, NKRI Hebat”.

Kirab bermula dari kantor wali kota Jakarta Barat, dilanjutkan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Misbah, Jakarta Utara; Ponpes Az Ziyadah, Klender; Ponpes Asshidiqiyah, Kebon Jeruk; Ponpes Al Ihrom, Cengkareng; dan berakhir di Masjid Raya Hasyim Asyari, Daan Mogot.

Ketua Panitia Peringatan Kirab Santri Nasional PWNU DKI Jakarta Munahar Muchtar berharap Hari Santri Nasional memberikan motivasi kepada para santri bahwa mereka merupakan generasi penerus yang harus mampu menjaga NKRI dan Islam.

‘’Kami juga berharap masyarakat tahu santri bisa membawa situasi kondusif dan bekerja sama antara ulama dan tokoh-tokoh yang lain," kata Munahar, Sabtu (21/10). Ia menuturkan, peserta yang turut dalam kirab berjumlah 500 orang.

Hadrah menyambut kedatangan rombongan kirab yang menginjakkan kaki di Ponpes Al Misbah. Pengurus pesantren Alquran tersebut, KH Misbahul Munir, menyampaikan kebahagiaannya karena mendapatkan kunjungan rombongan PWNU.

"Saya tahu NU tidak lepas dari pesantren dan pesantren tidak lepas dari ajaran Ahlussunah wal Jamaah, karena itu saya sangat berbahagia bahwa pesantren bisa menjadi persinggahan utama dari kegiatan Hari Santri Nasional 2017 ini" tutur Kiai Misbahul.

Munahar Muchtar menyatakan, orang-orang NU harus mengambil peranan penting di Kota Jakarta serta mengamankan kota ini dari tangan-tangan orang tak bertanggung jawab. Ia ingin kalangan santri dapat melahirkan pemimpin kuat di masa mendatang.

Usai mengunjungi Ponpes Al Misbah dan dan Azziyadah, rombongan kirab Hari Santri Nasional tiba di Ponpes Asshiddiqiyah, Jakarta Barat, pada pukul 13.15 WIB. Setibanya di Ponpes Asshiddiqiyah, rombongan disambut drumben yang dimainkan oleh para santri perempuan.

Puluhan santri Ponpes Asshiddiqiyah dengan diiringi drumben berbaris memasuki gerbang ponpes, diikuti rombongan PWNU DKI Jakarta. Pendiri Ponpes Asshiddiqiyah KH Noer Muhammad Iskandar menyalami satu per satu anggota rombongan.

Kiai Noer selanjutnya bersama-sama anggota rombongan PWNU berjalan beriringan menuju panggung utama. Ia mengaku merasa senang karena pesantren yang ia pimpin menjadi salah satu tujuan kirab Hari Santri Nasional tahun ini.

Pada kesempatan yang sama, Muhanar yang juga menjabat wakil ketua PWNU DKI Jakarta mengatakan, santri adalah manusia-manusia mandiri. Ia pun menegaskan, para santri siap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Saya berharap akan lahir pemimpin Indonesia masa depan dari Ponpes Asshiddiqiyah," katanya. Puncak acara pada Sabtu malam dipusatkan di Masjid Hasyim Asyari dengan pembacaan 1 miliar shalawat Nariyah yang juga serentak berlangsung di seluruh Indonesia.

Menurut Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, pihaknya mengajak pula pengurus NU di seluruh dunia ikut menggemakan shalawat Nariyah. “Jadi, Nahdliyin mengguyur langit, tidak saja langit Indonesia, tetapi juga dunia dengan shalawat Nariyah,’’ katanya.

Ia mengatakan, pembacaan 1 miliar shalawat ditujukan untuk Indonesia agar menjadi bangsa yang aman, makmur, adil, dan berkah. Lewat lantunan shalawat, segenap Nahdliyin diajak untuk mendoakan keselamatan bangsa.

NU, menurut dia, memiliki keinginan menunaikan amanat pendiri NU agar terus berusaha menjaga harmoni dan kesejukan berbangsa. “Kami ingin mewujudkan cita-cita baldatun thayyibatun warabbun ghafur atau negara yang aman, damai, sentosa, dan dirahmati Allah," ujarnya.

Helmy menjelaskan, pembacaan 1 miliar shalawat Nariyah dimulai pukul 19.00 serentak di masjid, pesantren, kampus, dan majelis-majelis pengajian. Adapun titik pusat pembacaan 1 miliar shalawat Nariyah dilangsungkan di Masjid Hasyim Asyari, Jakarta Barat.

Silaturahim kebudayaan

Rangkaian peringatan Hari Santri Nasional juga ditandai dengan silaturahim kebudayaan oleh Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU). Dalam acaranya, Lesbumi NU mengundang narasumber lintas keyakinan.

‘’Kita membicarakan tentang nusantara bertirakat," kata Sekretaris Jenderal Lesbumi NU Abdullah Wong, kemarin. Dalam pandangan dia, menirakati Indonesia sama dengan mengasah rasa atau perasaan dalam upaya mensyukuri nikmat Tuhan.

Pada silaturahim kebudayaan ini, turut hadir Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia Uung Sendana, tokoh agama Hindu yang juga dosen FIB UI I Made Suparta, dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Suwadi D Pranoto. Selain itu, hadir pula Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Romo Johannes Hariyanto.

Mengenai alasan mengusung tema “Nusantara Bertirakat”, Wong menuturkan, tidak ada satu lompatan luar biasa tanpa adanya rasa. Artinya, para wali pun melewati proses tirakat sebelum kemudian mencapai pencerahan, begitu pula para santri.  (Editor: Ferry Kisihandi).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement