Jumat 06 Oct 2017 10:08 WIB

Pengusaha Filipina Didorong Akses Sertifikasi Halal

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Esthi Maharani
Halal, ilustrasi
Halal, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pengusaha makanan dan nonmakanan di Cebu, Filipina, didorong untuk dapat mengakses sertifikasi halal. Hal ini agar mereka bisa masuk lebih dalam ke pasar halal potensial.

Kepala Seksi Halal Departemn Perdagangan dan Industri (DTI) Filipina Albino Ganchero mengatakan, sertifikat halal membuka peluang produsen masuk ke pasar halal yang potensinya mencapai 3,2 miliar dolar AS secara global. Produk halal pun sangat luas spektrumnya, dari pangan, non pangan, hingga jasa.

Kepala Biro Pemasaran Ekspor Seksi Halal DTI Raison Arobinto mengatakan, penting bagi produsen memahami kebutuhan dan preferensi konsumen Muslim. Halal sangat penting bagi Muslim karena ini berkaitan dengan komitmen keyakinan dan produsen perlu paham kesusuaian syariah yang harus dipenuhi dari produk halal.

Ketentuan halal yang harus dipenuhi, kata Arobinto, tidak cuma dari segi bahan baku saja, tapi juga proses. Misalnya babi yang jelas terlarang bagi Muslim, tidak boleh dimasukkan dalam produk halal. Proses produksi juga harus dipastikan sesuai misalnya dengan memisahkan produk yang berpotensi membahayakan atau beracun.

Ia mengakui produk halal memang sedikit lebih kompleks. Tapi produk halal tidak hanya bisa dikonsumsi Muslim, tapi semua orang.

''Sekali sertifikat halal berhasil produsen dapatkan, mereka bisa menjangkau pasar tanpa batas. Konsumen Muslim saja sepertiga penduduk dunia,'' ungkap Ganchero seperti dikutip Sun Star, Kamis (5/10).

Direktur DTI Cebu Ma. Elena Arbon mengatakan, produsen harus melihat pasar halal dari gambar besarnya. ASEAN saja sudah merupakan pasar halal yang besar dan peluang itu harus dijajaki. Sejauh ini, Filipina punya lima badan sertifikasi halal, tiga di antaranya ada di Manila, satu di General Santos City, dan satu lagi Cotabato City. Nilai pasar gaya hidup halal sendiri diprediksi mencapai 1,9 triliun dolar AS pada 2015 dan diprediksi akan mencapai 3 triliun pada 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement