Rabu 16 Aug 2017 17:30 WIB

Dukungan Aisyah dan Meluasnya Ajaran Rasulullah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Ibn Hazim menempatkan sosok `Aisyah RA di urutan kedua sesudah Rasulullah SAW. Artinya, perempuan berjulukan al-Humaira` ini, bagi Ibn Hazim, kedudukannya berada di atas para istri Rasulullah SAW yang lain serta para sahabat.

Pendapat yang berbeda datang antara lain dari Ibn Taimiyah serta kebanyakan ulama yang menilai anak kesayangan Nabi SAW, Fatimah, sebagai yang teratas. Itu diikuti dengan nama Khadijah (istri pertama Rasulullah SAW) baru kemudian `Aisyah. Bagaimanapun urutan-urutan itu, ajaran Nabi Muhammad SAW pada faktanya kian tersebar luas berkat dukungan `Aisyah.

Dalam berumah tangga, pasangan suami-istri teruji dalam merawat cinta kasih satu sama lain. Rasulullah SAW merupakan contoh teladan bagaimana menjalani peran suami. Suatu malam, Rasulullah pulang dari masjid. Sesampainya di rumah, Ummul Mu'minin rupanya sedang tertidur lelap.

Beliau lantas berupaya agar istrinya itu tidak tersentak bangun. Dengan pelan-pelan, Rasulullah SAW membuka pintu sehingga membiarkan istrinya beristirahat. Nabi SAW bahkan, memutuskan untuk tidur di luar kamar.

Rasulullah SAW juga tidak banyak protes terhadap istrinya. Sebuah riwayat menceritakan, suatu hari masakan Aisyah RA rasanya terlalu asin. Namun, Rasulullah SAW tetap menyanjung makanan itu tanpa berkomentar apa pun.

Sajian tersebut juga habis dilahapnya. Belakangan, Aisyah mencicipi masakannya sendiri dan sadar akan rasa yang terlampau asin. Begitulah sopannya Rasulullah SAW dalam menyampaikan suatu kekeliruan kepada istrinya.

Sebagai istri, wajar bila kecemburuan datang ketika suami menyebut-nyebut na ma perempuan lain. `Aisyah RA pernah suatu ketika terbakar api cemburu karena merasa dirinya dibanding-bandingkan dengan Khadijah RA, istri pertama Rasulullah SAW.

Di sinilah peran Rasulullah SAW membimbing istrinya itu agar rasa cemburu tidak meningkat ke emosi yang tidak perlu. Sanjungan terhadap Khadijah RA tidak berarti menafikan peran satu istrinya kini, `Aisyah. Rasulullah SAW sebagai seorang suami mampu mengubah kecemburuan istrinya menjadi cinta kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement