Sabtu 29 Jul 2017 13:24 WIB

Nasir: MTQMN XV Wadah Terbaik Cegah Radikalisme Mahasiswa

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Agus Yulianto
Menristekdikti, Mohamad Nasir.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Menristekdikti, Mohamad Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA MALANG -- Ajang Musabaqah Tilawatil Qur'an Mahasiswa Nasional (MTQMN) XV 2017 bisa menjadi salah wadah terbaik dalam mencegah paham radikal di kalangan mahasiswa se-Indonesia. Kekosongan waktu mahasiswa memang harus diisi oleh kegiatan-kegiatan bermanfaat seperti MTQMN maupun ajang kejuaraan nasional lainnya.

"Kekosongan waktu mereka harus diisi dengan kegiatan penuh seperti MTQMN, Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional), Pomnas (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) dan sebagainya," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menrsitekdikti) Mohamad Nasir kepada wartawan seusai Pembukaan MTQMN XV 2017 di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jumat malam (28/7).

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sempat mengungkapkan, sebanyak 39 persen mahasiswa di 15 Perguruan Tinggi (PT) tertarik pada paham radikal. Kondisi ini, jelas mengkhawatirkan dan perlu dilakukan pencegahan secepat mungkin.

Mengenai hal itu, Nasir tidak menampik kampus merupakan tempat berpotensi besar atas paham radikal. Sebab, kampus dikenal sebagai tempat mengumpul para anak muda dalam berdiskusi, belajar ataupun lainnya. Situasi ini tentu harus ditangkal dengan berbagai cara termasuk menguatkan empat pilar kebangsaan seperti Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

Selain itu, kata dia, pengembangan metode pengajaran pengajaran pancasila juga harus diubah. Model lama perlu diperbaharui dengan yang lebih moderen dan sesuai dengan kondisi anak bangsa."Sistem pengajaran yang akan diluncurkan bersama Presiden Joko Widodo pada 12 Agustus ini diharapkan lebih mengena dan menarik para mahasiswa," ujar Nasir.

Nasir menerangkan, pengajaran Pancasila dengan model lama kurang mengena kepada para mahasiswa selama ini. Mahasiswa perlu model yang implementatif seperti kegiatan MTQMN yang telah berlangsung sebanyak 15 kali itu. Kegiatan ini sangat baik dalam merajut persatuan Indonesia dan menguatkan kesetiakawanan antar mahasiswa dari Sabang sampai Merauke.

"Kebersamaan yang penting dalam implementasi Pancasila itu seperti di MTQMN yang sosialnya ikut muncul," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement