Selasa 25 Apr 2017 06:54 WIB

Hakikat Isra Mi'raj adalah Etika Shalat

Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi).
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Hakikat peringatan Isra Mi'raj yaitu perjalan Nabi Muhammad SAW mendapat perintah melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam harus dimaknai sebagai bentuk mengintropeksi diri, apakah etika shalat dicontohkan nabi sudah sesuai yang kita laksanakan.

"Maka dari itu, peringatan Isra Mi'raj hakikatnya adalah untuk lebih mempertajam kecintaan kita untuk tidak meninggalkan shalat lima waktu maupun shalat wajib dan sunah lainnya," kata Ustaz Asep Mulyadi pada peringatan Isra Mi'raj di masjid Jami Miftahul Jannah, Wundudopi, Baruga Kota Kendari, Senin malam.

Menurut dia, walaupun dalam keseharian umat Islam dalam melaksanakan shalat telah memiliki berbagai cara dan etika yang kadang berbeda satu dengan lain, hal itu tidak perlu dipermasalahkan sepanjang kita mengakui bahwa Allah SWT itu Esa dan Muhammad SAW sebagai nabi yang terakhir diutus Allah yang membawa ajaran yang benar.

Menurut dia, perjalanan yang dilakukan Rasulullah pada 27 Rajab tahun 11 Ke-Nabian atau 11 tahun setelah Muhammad diangkat sebagai rasul, telah menimbulkan sentimen negatif dari kalangan kafir Quraisy pada saat itu. Kafir mengganggap bahwa perintah yang diterima nabi Muhammad dalam sekejab itu tidak mungkin diteriam begitu saja.

Apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW (melakukan perjalanan) sempat tidak dapat diselami dalam akal manusiawi karena mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem ditempuh hanya dalam waktu satu malam, ditambah lagi perjalanan menuju Sidratul Muntaha.

"Saat itu, belum ada alat transportasi canggih seperti saat ini. Tetapi bagi ummat yang memiliki iman tentu dapat diterimas karena semuanya itu adalah atas kudrat dan iradat dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril saat itu," katanya.

Oleh karena itu, kata ustaz Asep Mulyadi, dengan peringatakan Isra Mi'raj tahun ini hendaknya tidak dimaknai sebagai hal berlebihan, tetapi Islam dan iman yang kita percayai itu bahwa Muhammad adalah rasul yang memang menjadi panutan bagi keselamatan manusia baik dunia maupun di akhirat nanti.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement