Rabu 22 Mar 2017 11:23 WIB

Asosiasi Pendeta Adakan Lokakarya untuk Mendidik Masyarakat tentang Islam

Rep: Marniati/ Red: Agus Yulianto
Muslim di Amerika Serikat berdiskusi di Washington National Cathedral (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Muslim di Amerika Serikat berdiskusi di Washington National Cathedral (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalam upaya untuk mendidik masyarakat baik di dalam maupun di luar kampus, asosiasi pendeta universitas mengadakan lokakarya utuk mendidikan masyarakat tentang Islam di tengah meningkatnya Islamofobia di negara tersebut. Lokakarya ini diadakan dengan bekerja sama dengan Dewan Muslim Rhode Island atau Rhode Island Council for Muslim Advancement (RICMA).

Adnan Adrian Wood-Smith yang memimpin lokakarya menjelaskan, kegiatan bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar tentang Islam dari sudut pandang seorang praktisi dan mendiskusikan akar Islamofobia kepada peserta.

Wood-Smith memulai presentasinya dengan memberikan gambaran tentang Islam ortodoks, membahas tiga dimensi dalam pengalaman manusia yakni tubuh, pikiran, dan jiwa. Menurut Wood-Smith, Islam dapat digunakan untuk mempromosikan agenda politik.

“Ketika politikus dapat menggunakan rasa takut dan meyakinkan orang bahwa mereka harus takut, studi menunjukkan bahwa orang lebih bersedia menerima otoritas negara, pengawasan, dan keterbatasan privasi mereka," ujar Wood-Smith seperti dilansir browndailyherald.com (19/3).

Sara Ludin, relawan RICMA dan seorang peneliti dalam sejarah, melanjutkan presentasi dengan mengangkat tema kontribusi terhadap Islam dan Muslim dan kaitannya dengan ketakutan dan kebencian. Dia juga membahas tentang dehumanisasi Muslim dan hubungannya dengan ketakutan rasial.

Sekretaris RICMA, Aisha Manzoor, menambahkan, secara umum negara bagian Rhode Island menyambut umat Islam dengan baik. Namun, insiden Islamofobia yang terus terjadi menjelang dan setelah pemilu menyebabkan beberapa masjid dan sekolah Islam di Rhode Island menjadi sasaran oleh pelaku kejahatan kebencian.

Menurut dia, banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar agar dapat menjalin persahabatan dengan komunitas muslim setempat. Cara terbaik yaitu dengan belajar tentang dasar-dasar Islam dengan pergi ke masjid, menghadiri khutbah atau berteman dengan Muslim. Dan tidak mendengarkan pemberitaan di media yang sering tidak berimbang.

Ruban Hussain (18 tahun), anggota Dewan Asosiasi Mahasiswa Islam, mengatakan, setelah pemilihan Presiden Trump, mahasiswi yang biasanya memakai jilbab atau kerudung menjadi target kejahatan di jalanan. Mereka, kata dia, sering memperoleh kekerasan verbal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement