Kamis 02 Mar 2017 18:15 WIB

Kembangkan Halal Tourism, Banyuwangi Siapkan Pulau Santen

Bupati Banyuwangi: konsep pengembangan Pulau Santen meski belum benar-benar tertata untuk menyemangati masyarakat dan semua elemen agar semakin kompak bahu-membahu menata Pulau Santen.
Foto: Istimewa
Bupati Banyuwangi: konsep pengembangan Pulau Santen meski belum benar-benar tertata untuk menyemangati masyarakat dan semua elemen agar semakin kompak bahu-membahu menata Pulau Santen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kabupaten Banyuwangi terus mengembangkan dan menata destinasi wisata baru. Salah satu yang terbaru adalah penataan Pulau Santen menjadi destinasi berkonsep halal tourism.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tren halal tourism terus tumbuh dan harus direspons untuk mengembangkan pariwisata daerah. Konsep ini dikembangkan sebagai diferensiasi Banyuwangi terhadap daerah lain.

”Ini juga cara untuk membidik pasar kelas menengah muslim yang terus tumbuh, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Anas saat pra-peluncuran Pulau Santen sebagai destinasi halal tourism, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/3).

Anas memaparkan, konsep halal tourism tidak berarti destinasi itu hanya untuk muslim. Halal tourism merupakan konsep besar pengembangan destinasi, yang di antaranya ditandai dengan jaminan makanan halal, tidak menjajakan alkohol, pemberitahuan waktu beribadah (azan), tempat ibadah, serta fasilitas berkonsep pemisahan antara laki-laki dan perempuan.

”Ini bukan soal SARA, tapi bicara strategi pemasaran. Destinasi ini bukan hanya untuk muslim, tapi semua umat. Hanya konsepnya yang halal tourism, tapi pengunjungnya siapapun boleh menikmati. Semuanya kita lakukan bertahap seiring penataan yang terus berjalan,” ujar Anas.

Pulau Santen sendiri merupakan pulau kecil di Kelurahan Karangrejo, tak jauh dari pusat kota Banyuwangi. Saat ini, pulau tersebut terus ditata secara berkelanjutan oleh berbagai elemen, mulai dari masyarakat, tokoh agama dan masyarakat, TNI, hingga Pemkab Banyuwangi.

”Hari ini sengaja kami perkenalkan konsep pengembangan Pulau Santen meski belum benar-benar tertata untuk menyemangati masyarakat dan semua elemen agar semakin kompak bahu-membahu menata Pulau Santen. Ini adalah contoh bagaimana modal sosial berupa kekompakan semuanya menjadi modal yang berharga dalam pembangunan daerah,” papar Anas.

Dulu, kawasan ini kumuh. Lokasinya tak jauh dari tempat prostitusi Pakem yang telah ditutup. Kini pulau itu mulai ditata. Tak lama lagi, di sisi selatannya, tepatnya di Pantai Pandanan, dikembangkan beach club for women yang kini desainnya digarap sejumlah arsitek kondang. ”Sembari menunggu desain beach club for women selesai, kami perkenalkan dulu konsep Pulau Santen, untuk semakin mempromosikannya,” jelas Anas.

Anas menyebut penataan Pulau Santen sebagai model ”keroyokan” yang efektif mempercepat pembangunan. Semua elemen terlibat. Misalnya, Dinas Kesehatan menyiapkan Puskesmas pembantu. Dinas Pendidikan menyiapkan kursus peningkatan kualitas SDM. Dinas Pengairan menggarap infrastruktur air bersih. Dinas Pertanian mengembangkan urban farming. Dinas Perikanan memberdayakan nelayan setempat.

”Jadi ini bukan melulu soal pariwisata, tapi juga penguatan sosial-ekonomi warga. Masyarakat, TNI, pemerintah terus bekerja,” ujarnya.

Anas menambahkan, konsep halal tourism diambil karena potensinya besar. Populasi umat Islam dunia sekitar 1,6 miliar jiwa, di Indonesia lebih dari 200 juta jiwa. World Halal Tourisn Summit memprediksi, pada 2019, perputaran uang halal tourism mencapai USD 238 miliar.

”Banyak negara berlomba menggarap halal tourism. Bahkan negara dengan penduduk muslim minoritas, seperti Thailand, Singapura, dan Jepang, punya jumlah hotel dan restoran bersertifikasi halal yang lebih banyak dibanding Indonesia. Kebetulan, belum ada destinasi di Indonesia berkonsep serupa. Dengan pasar yang besar, sedikit saja masuk ke Banyuwangi tentu sangat bisa menggerakkan perekonomian lokal,” pungkas Anas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement