Sabtu 25 Feb 2017 09:13 WIB

Komunitas Muslim New Mexico Beri Pemahaman Islam kepada Masyarakat Sekitar

Rep: marniati/ Red: Budi Raharjo
Muslim Amerika (ilustrasi)
Muslim Amerika (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Komuntas Muslim Las Cruces, New Mexico, Amerika Serikat, mengadakan kelas untuk mendidik masyarakat Les Cruces tentang Islam. Kelas ini telah berlangsung selama lebih dari satu tahun.

Presiden Of Islamic Center Of Las Cruces, Radwan Jallad, mengatakan masyarakat sekitar mendukung keberadaan kelas tersebut. Mereka memberi respons yang sangat positif. "Mereka mengakui kita sebagai tetangga dan teman-teman," ujar Jallad seperti dilansir krwg.org (24/2).

Jallad menjelaskan, dalam proses pendidikan dasar Islam, anggota masyarakat berinisatif untuk mengikuti kelas tanpa paksaan. Mereka menyadari pentingnya kelas ini karena untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang agama yang belum mereka ketahui.

Untuk itu, ia mengaku sangat menyayangkan adanya pemberitaan negatif tentang Islam di media. Media selalu saja mengaitkan Islam dengan terorisme. Padahal Islam adalah agama damai dan sangat jauh dari perilaku organisasi teroris. Radwan Jallad mengatakan ada 1,6 miliar Muslim di dunia, dan muslim di suatu negara tidak ingin disandera karena adanya pemberitaan palsu.

Menurut Jallad,  masyarakat Las Cruces menyadari adanya insiden kejahatan kebencian yang telah terjadi di New Mexico dan di seluruh negeri. Untuk itu, insiden tersebut perlu segera ditangani oleh penegak hukum. Tugas masyarakat yaitu menjaga diri agar tidak menjadi korban dan melaporkan insiden kejahatan kebencian yang disaksikan.

Sebuah laporan dari Southern Poverty Law Center (SPLC) menyebutkan jumlah kelompok sentimen anti-Muslim AS naik tiga kali lipat pada tahun 2016. Peningkatan ini disebabkan karena keberadaaan Donald Trump sebagai presiden AS.

Menurut data dari Southern Poverty Law Center, terdapat 34 kelompok sentimen anti-Muslim di AS pada tahun 2015. Dan pada tahun 2016 terdapat 101 kelompok. Angka tersebut naik 197 persen dari tahun sebelumnya.  

"Kebencian anti-Muslim telah berkembang pesat selama lebih dari dua tahun. Hal ini didorong oleh serangan Islam radikal termasuk penyerangan pada klub malam di Orlando. Propaganda yang tidak ada henti-hentinya dan ditambah lagi retorika Donald Trump serta banyak lagi,” ujar perwakilan SPLC, Mark Potok seperti dilansir huffingtonpost.com (15/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement