Kamis 23 Feb 2017 09:45 WIB

Ibrahim, Pemuda Penghancur Berhala

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Berbuat ikhlas agar umat Islam tidak menjadi umat penyembah berhala. (ilustrasi)
Foto: www.moslemsubang.wordpress.com
Berbuat ikhlas agar umat Islam tidak menjadi umat penyembah berhala. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti halnya Firaun yang khawatir terhadap salah seorang keturunan Bani Israil yang akan menghancurkan diri dan kerajaannya, Raja Namrudz juga mengalami hal serupa. Karena itu, ia memerintahkan seluruh pengawalnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.

Khawatir akan pembunuhan terhadap bayinya, ibunda Ibrahim dan ayahnya Azar (ada pula yang menyebut pamannya) pun meninggalkan Ibrahim kecil di sebuah gua. Namun, atas izin Allah, ibunda Ibrahim senantiasa bisa menemui dan menyusui Ibrahim serta memeliharanya hingga dewasa. Adapun ayahnya Azar adalah seorang pembuat patung.

Sebagaimana dikisahkan dalam Alquran, Ibrahim AS telah melakukan pencarian siapa Tuhan sebenarnya. Ketika masih di dalam gua, saat menyaksikan bintang, Ibrahim mengira itulah tuhannya. Demikian pula saat melihat bulan pada malam hari dan matahari di siang hari, Ibrahim mengira itulah tuhannya. Namun, ketika pada waktu-waktu tertentu; bintang, bulan, dan matahari itu tenggelam, Ibrahim mengeluh dan mencari Tuhan yang menciptakan bintang, bulan, dan matahari, yakni Allah SWT. Dan, ia percaya, tidak ada Tuhan selain Allah yang menciptakan langit dan bumi.

Selanjutnya, ketika menyaksikan orang tuanya membuat patung dan masyarakatnya menyembah berhala-berhala yang mereka buat sendiri, Ibrahim berusaha untuk menghentikan perbuatan mereka. Maka, ketika tiba saatnya perayaan untuk penyembahan terhadap berhala-berhala tersebut, Ibrahim mendahului mereka masuk ke dalam haekal-haekal tempat ibadah kaumnya itu. Di dalam haekal tersebut, Ibrahim segera menghancurkan patung-patung tersebut dan menyisakan sebuah patung besar.

Ketika kaumnya mendapati kerusakan pada berhala tersebut, tuduhan pun langsung dialamatkan padanya. Ibrahim menjawab bahwa yang membuat kerusakan itu adalah patung besar yang dilehernya tergantung sebuah kapak. Atas penjelasan tersebut, kaumnya berkata, ''Bagaimana mungkin sebuah patung yang tidak bernyawa dan tak mampu bergerak bisa menghancurkan patung-patung lainnya?''

Jawaban ini makin membuat Ibrahim merasa menang. ''Jika memang tidak bisa berbuat apa-apa, lalu mengapa kalian menyembah dan memuja-mujanya.'' Dari sinilah kemudian, Ibrahim ditangkap dan akhirnya dimasukkan ke dalam api yang besar. Atas kehendak Allah, Ibrahim selamat dari panasnya api tersebut. Kisah selengkapnya dapat dilihat dalam Alquran, di antaranya pada surah al-An'am ayat 74-83, al-Anbiya ayat 51-70, al-Baqarah ayat 124 dan 258, asy-Syuara ayat 69-89, Ibrahim ayat 35-41, dan Hud ayat 69-76.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement