Selasa 21 Feb 2017 06:55 WIB

50 Persen Warga AS Menilai Ekstremis Islam Bukan Muslim

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Muslim Amerika
Foto: VOA
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setengah dari masyarakat AS merasa orang-orang yang mengatasnamakan Islam untuk melakukan kekerasan bukanlah Muslim. Sedangkan, mereka yang meyakini oknum yang mengatasnamakan Kristen untuk melakukan kekerasan bukan Kristiani mencapai 75 persen.

Kesimpulan itu berasal dari Americans Double Standard on Religious Violence, dari dua penulis PRRI. Bahkan, menurut Asosiasi Peneliti PRRI Betsy Cooper dan Direktur Riset PRRI Daniel Cox, 30 persen meyakini pelaku kekerasan benar-benar Muslim.

Kedua penulis itu mengacu kepada kampanye Presiden Donald Trump atas perang melawan teroris dan radikal Islam, dengan pemerintah yang terus menuduhkan bahayanya kekerasan ekstremis Muslim. Malah, Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif dengan larangan Muslim.

Sekitar 75 persen responden Partai Republik, 72 persen independen dan 79 persen responden Partai Demokrat, meyakini pelaku kekerasan atas nama Kristen tidak benar-benar Kristen. Tapi, Partai Republik dsebut paling kecil melakukan bantahan yang sama soal Muslim.

Cuma ada 33 persen dari Partai Republik yang mengatakan pelaku kekerasan mengatasnamakan Islam tidak benar-benar Muslim. Namun, 55 persen dari Partai Demokrat dan 53 persen dari independen meyakini pelaku kekerasan mengatasnamakan Islam tidak benar-benar Muslim.

"Tidak ada kelompok agama yang mengekspresikan standar ganda lebih besar dari White Evangelis Protestan, mereka yang paling mungkin (87 persen) memungkiri teroris Kristen bertindak atas nama Kristen. Tapi, mereka yang paling mungkin (44 persen) mengatakan sama soal teroris yang mengatasnamakan Muslim," kata penulis seperti dilansir dari Foc News, Selasa (21/2),

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement