Senin 23 Jan 2017 22:45 WIB

Amr bin al-Jamuh Menggapai Syahid di Usia Senja

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah jamaah berziarah ke pemakaman Syuhada Uhud, sekitar lima kilo meter sebelah Utara kota Madinah, Ahad (13/8). (Republika/Amin Madani)
Foto: Republika/ Amin Madani
Sejumlah jamaah berziarah ke pemakaman Syuhada Uhud, sekitar lima kilo meter sebelah Utara kota Madinah, Ahad (13/8). (Republika/Amin Madani)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah masuk Islam, Amr bin al-Jamuh menjadi figur yang begitu mencintai Nabi SAW. Sebelum Perang Badar, ia berkeras ikut dalam pasukan Muslimin. Namun, anak-anaknya mengimbau agar ia tidak perlu berangkat lantaran faktor kesehatan. Mereka pun meminta hal yang sama kepada Rasulullah SAW.

Sebab, Amr bin al-Jamuh saat itu telah berusia uzur, tubuhnya mulai lemah, dan kakinya pun pincang. Nabi SAW memerintahkan Amr bin al-Jamuh agar tetap di Madinah. Betapa sedih hati Amr, namun ia tetap melaksanakan perintah itu. Ia melepas kepergian anak-anaknya dengan haru ke medan Perang Badar. Dalam pertempuran itu, Mu'adz bin Amr berhasil melumpuhkan pentolan kafir Quraisy, Abu Jahal.

Jauh kemudian, menjelang pecahnya Perang Uhud, Amr bin al-Jamuh memohon kepada Rasulullah SAW agar kali ini diperkenankan ikut. Anak-anak Amr pun membujuk ayahnya itu agar tetap di rumah lantaran kondisi fisiknya yang renta.

Nabi SAW menjawab,  Allah telah memberimu keringanan. Tidak mengapa bagi kalian (anak-anak Amr) bila kalian membiarkannya berangkat, semoga Allah memberinya mati syahid. Mendengarnya, Amr begitu bersuka cita. Demi Allah, aku ingin menginjakkan kaki pincangku ini di surga, serunya dengan suara bergetar.

Maka berangkatlah Amr bin al-Jamuh bersama istri dan anak-anaknya serta seorang hamba sahaya ke medan Perang Uhud. Dalam kecamuk perang itu, Amr bin al-Jamuh tewas di tangan tokoh kafir Quraisy, al-Aswad bin Ja'wanah. Demikian pula dengan putra Amr, yakni Khallad bin Amr bin al-Jamuh. Ketika akhirnya peperangan usai, Hindun, istri Amr bin al-Jamuh datang mendekati jasad suami dan anaknya itu.

Lantas, perempuan pejuang ini mengangkat dua jasad tersebut dan jasad seorang saudaranya ke atas untanya. Kemudian, ia ikut rombongan kembali ke Madinah.

Sesampainya di sana, Hindun bertemu dengan istri Nabi SAW, 'Aisyah RA, yang bertanya, Adakah berita yang engkau bawa? Hindun menjawab tenang, Kabar baik. Rasulullah SAW selamat. Semua musibah selama bukan menimpa Rasulullah SAW adalah ringan dan Allah mengangkat para syuhada dari kalangan orang-orang beriman. Demikianlah akhir kisah sosok lansia yang teguh mencintai agama Allah.

Jasad Amr bin al-Jamuh dimakamkan di kompleks Syuhada Uhud dalam satu liang bersama jasad sahabatnya, Abdullah bin Amr. Imam Ahmad meriwayatkan dari hadis Abu Qatadah, ia berkata, Amr bin al-Jamuh datang kepada Rasulullah SAW dan ia berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku berperang di jalan Allah hingga aku terbunuh, apakah aku akan berjalan dengan kakiku dalam keadaan sehat di surga?' Rasulullah SAW menjawab, 'Ya.'

Maka (setelah) dia (Amr bin al-Jamuh) gugur di Perang Uhud bersama keponakannya dan hamba sahayanya, Rasulullah SAW lewat dan bersabda, 'Seolah-olah aku bisa melihatmu berjalan dengan kakimu ini dalam keadaan sehat di surga.'

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement