Selasa 29 Nov 2016 15:13 WIB

Pejabat Jepang Ini Kagumi Silat dan Puasa Ramadhan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Dewan Penasehat PPIM UIN Jakarta Jamhari Makruf (kiri), Peneliti Senior PPIM UIN Jakarta Dadi Darmadi (tengah), dan Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Luar Negeri Jepang Shingo Miyamoto menjadi narasumber dalam dialog lanjutan pendidikan agama se
Foto: Republika/Yasin Habibi
Dewan Penasehat PPIM UIN Jakarta Jamhari Makruf (kiri), Peneliti Senior PPIM UIN Jakarta Dadi Darmadi (tengah), dan Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Luar Negeri Jepang Shingo Miyamoto menjadi narasumber dalam dialog lanjutan pendidikan agama se

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Luar Negeri Jepang, Shingo Miyamoto, memendam rasa terhadap Indonesia. Apa itu?

Ya, silat dan puasa. Hal itu diungkapkan sahabat Miyamoto di Indonesia, Jamhari Makruf, yang merupakan Dewan Penasihat Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah. Jamhari menuturkan, kecintaan itu kemungkinan tumbuh setelah belasan tahun lalu, Miyamoto sempat ditugaskan di Jakarta.

Kecintaan itu memang dibuktikan dengan bergabung ke salah satu perguruan silat Jakarta. Menurut Jamhari, rasa cintanya akan silat bisa dilihat dengan jelas dari ketekunannya, yang malah hampir setiap malam mengikuti latihan.

"Kecintaan itu tidak tanggung-tanggung, selama di Jakarta Shingo-san tiap malam latihan silat di Al Azhar Kebayoran," kata Jamhari, Senin (29/11).

Bahkan, lanjut Jamhari, karena mungkin secara kebetulan Miyamoto di Jakarta saat bulan suci Ramadhan, sahabatnya itu kerap ikut berpuasa seharian. Ia menjelaskan, saat berada di London pun, kebanggaan berhasil menjalani puasa sempat diungkapkan Miyamoto lewat pesan singkat.

"Waktu di London, dia (Miyamoto) kirim sms ke saya, katanya saya belum pernah batal puasa," ujar Jamhari.

Selama menjalani latihan silat di Al Azhar, bisa dibilang Miyamoto sering berkunjung ke Masjid Agung Al Azhar. Miyamoto menilai, momen itu yang merupakan titik di mana ia merasakan satu perasaan persatuan umat Islam, terutama saat bulan Ramadhan dan tengah berbuka puasa.

Tradisi itu diakuinya tidak pernah sama sekali ia temukan selama hidup di Jepang, sehingga momen kebersamaan dan perjuangan berpuasa benar-benar membuatnya kagum. Karenanya, walaupun sempat dipindahtugaskan ke Amerika Serikat dan pulang ke Jepang, kebiasaan puasa Ramadhan tetap ia jalani.

"Saya merasakan persatuan Islam, walau pindah ke AS dan Jepang, saya bisa merasakan, waktu berbuka puasa, saya rasa teman-teman saya ikut merasakan," kata Miyamoto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement