Senin 05 Sep 2016 17:30 WIB

Seratusan Siswa Berdesakan dalam Satu Ruangan

Santri sedang belajar membaca Alquran.
Foto: Antara
Santri sedang belajar membaca Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Seratusan siswa Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyyah (MDTA) Nahdlatul Ummah, di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jabar, terpaksa menjalani proses belajar mengajar berdesakan dalam satu ruang kelas. Kondisi ini terjadi akibat minimnya sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki MDTA tersebut.

       

Ketua Yayasan Pendidikan Islam Nahdlatul Ummah Cipanas, Jamiludin, mengatakan, akibat kondisi tersebut, kegiatan pembelajaran sehari-hari kurang  maksimal. Hal ini, kata dia, karena siswa harus berdesakan dalam satu ruangan dengan meubeler yang minim sehigga siswa sulit konsentrasi.

       

"Kurang maksimalnya sarana dan prasarana pendidikan berdampak pada pembelajaran. Seperti halnya yang terjadi di yayasan kami ini, kurangnya ruang kelas membuat siswa harus berdesak-desakan, sehingga konsentrasi siswa terganggu," katanya, Senin (5/9).

       

Dikataka dia, minimnya bangku dan meja di setiap ruangan, membuat satu bangku diisi lima orang. Kondisi ini pun diperparah dengan sebagian kecil bangku dan meja yang sudah tidak layak pakai, masih dipaksakan untuk digunakan.

       

Meskipun minim sarana dan prasarana penunjang, kata Jamiludin, tidak mengurangi prestasi dan minat siswa untuk tetap menjalani proses belajar mengajar di sekolah tersebut. "Meskipun sarana dan pra sarana kurang, namun tidak mengurangi semangat siswa untuk belajar. Terbukti dari tahun ke tahun siswa yang masuk terus bertambah," katanya.

       

Dia berharap, agar pemerintah daerah dapat memperhatikan lembaga pendidikan agama yang ada di wilayah tersebut. "Harapan kami mendapat bantuan dari pemerintah, baik dari daerah maupun pusat karena meminta sumbangan dari orang tua hasilnya tidak maksimal," katanya.

       

Menurut Jamiludin, masih banyak yayasan pendidikan islam di wilayah tersebut yang belum mendapat bantuan dari pemerintah baik daerah, provinsi maupun pusat, meskipun tingkat prestasi siswa dan sekolah cukup bersaing dengan sekolah negeri.

CIANJUR -- Seratusan siswa Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyyah (MDTA) Nahdlatul Ummah, di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jabar, terpaksa menjalani proses belajar mengajar berdesakan dalam satu ruang kelas. Kondisi ini terjadi akibat minimnya sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki MDTA tersebut.

        

Ketua Yayasan Pendidikan Islam Nahdlatul Ummah Cipanas, Jamiludin, mengatakan, akibat kondisi tersebut, kegiatan pembelajaran sehari-hari kurang  maksimal. Hal ini, kata dia, karena siswa harus berdesakan dalam satu ruangan dengan meubeler yang minim sehigga siswa sulit konsentrasi.

        

"Kurang maksimalnya sarana dan prasarana pendidikan berdampak pada pembelajaran. Seperti halnya yang terjadi di yayasan kami ini, kurangnya ruang kelas membuat siswa harus berdesak-desakan, sehingga konsentrasi siswa terganggu," katanya, Senin (5/9).

        

Dikataka dia, minimnya bangku dan meja di setiap ruangan, membuat satu bangku diisi lima orang. Kondisi ini pun diperparah dengan sebagian kecil bangku dan meja yang sudah tidak layak pakai, masih dipaksakan untuk digunakan.

        

Meskipun minim sarana dan prasarana penunjang, kata Jamiludin, tidak mengurangi prestasi dan minat siswa untuk tetap menjalani proses belajar mengajar di sekolah tersebut. "Meskipun sarana dan pra sarana kurang, namun tidak mengurangi semangat siswa untuk belajar. Terbukti dari tahun ke tahun siswa yang masuk terus bertambah," katanya.

        

Dia berharap, agar pemerintah daerah dapat memperhatikan lembaga pendidikan agama yang ada di wilayah tersebut. "Harapan kami mendapat bantuan dari pemerintah, baik dari daerah maupun pusat karena meminta sumbangan dari orang tua hasilnya tidak maksimal," katanya.

        

Menurut Jamiludin, masih banyak yayasan pendidikan islam di wilayah tersebut yang belum mendapat bantuan dari pemerintah baik daerah, provinsi maupun pusat, meskipun tingkat prestasi siswa dan sekolah cukup bersaing dengan sekolah negeri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement