Rabu 04 May 2016 04:57 WIB

Kivlan, Moro, dan Nur Misuari

Milisi Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) mengangkat senjata saat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina pada 1996.
Foto: AP PHOTO
Milisi Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) mengangkat senjata saat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina pada 1996.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ternyata saksi mata mengenai peran mantan Kastaf Kostrad TNI sekaligus mantan Komandan Pasukan Perdamaian Organisasi Kenferensi Islam (OKI) dalam penyelesaian konflik di Filipina selatan (Moro), Kivlan Zein, banyak yang melihatnya secara langsung

Salah satunya di antaranya adalah wartawan senior Republika, Selamat Ginting. Dia pun berkenan mengisahkan pengalamannya semasa masih mengawali kariernya sebagai jurnalis sekitar 20 tahun silam.

‘’Setelah perundingan antara Filipina dan Gerilyawan Moro usai, yakni pada tahun 1996, berangkat ke Filipina selatan. Di sana saya ketemu dengan gerilyawan Moro. Begitu ketemu mereka langsung bertanya: Anda dari mana? Saya jawab dari Medan.Oh Pak Kivaln anak Medan juga sama dengan Anda. Nah, di situ saya langsung paham Pak Kivlan sangat dikenal di wilayah yang terdiri dari banyak pulau itu,’’kata Selamat Ginting, Selasa malam (3/5).

Yang lebih unik lanjut Ginting, Kivlan rupanya pernah bicara panjang lebar kepada Nur Misuari tentang sejarah TNI yang juga lahir dari massa lasykar rakyat. Dia rupanya ingin memberi tahu sekaligus menyakinkan bahwa di Indonesia pun pernah terjadi penataan tentara (reorganisasi tentara/Rera) pada masa awal kemerdekaan.

Kivlan menerangkan kepada Nur Misuri bahwa saat dilakukan ‘Rera’ maka tidak semua anggota lasykar rakyat dapat  menjadi anggota TNI aktif dan profesional.Saat itu Nur Misuari berkukuh bahwa seluruh gerilyawan Moro harus menjadi anggota tentara Filipina.

‘’Dinasihati Kivlan seperti itu, rupanya Nur Misuari pun menurut. Dia sepaham atau setuju atas pemikiran Kivlan,’’ ujar Ginting.

Nah, melihat langsung peristiwa itu, maka Ginting pun mengakui sangat bisa mengerti bila Kivlan kemudian punya jaringan luas di kalangan gerilyawan di Filipina selatan.

Menurut Ginting, pihaknya bisa maklum bila sampai Nur Misuari, raja Sulu, atau orang penting di wilayah Filipina selatan itu banyak yang meminta Kivlan agar menikahi putrinya. Apalagi di ajang konperensi OKI yang berlangsung setelah itu nama Kivlan berkibar-kibar dan harum. Dia dianggap mampu menjadi jembatan perdamaian antara tentara Filipina dengan lasykar bersenjata Moro.

‘’Apalagi waktu itu Kivlan lagi ganteng-gantengnya memang. Dengan status sebagai komandan pasukan perdamaian, maka tak bisa dibantah Kivlan memang menjadi idola di wilayah Moro. Bahkan marinir Filiina pun banyak kenal dia. Hebatlah dia. Saat itu saya bisa leluasa liputan di Moro (Filipina selatan) dengan jual nama dia. Semua orang penting di sana rupanya kenal Kivlan,’’ ujar Ginting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement