Senin 02 May 2016 12:11 WIB

Kisah Kivlan Zein di Kepulauan Filipina Selatan

Gerilyawan Abu Sayyaf.
Foto: historycommons.org
Gerilyawan Abu Sayyaf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Saya tak heran bila Pak Kivlan Zein punya peran dalam pembebasan sandera pelaut Indonesia di Filipina itu. Dia memang hebat. Negosiator hebat. Saya sudah lihat peran dia langsung sekitar 20 tahun silam!’’

Pernyataan itu ditegaskan mantan wartawan senior Republika, Teguh Setiawan, yang kini tengah melanglang buana. Dia menceritakan pengalamannya 20 tahun silam saat ditugaskan beberapa kali ke Filipina, terutama meliput peristiwa konflik di kepulauan Filipina bagian selatan yang dikenal dengan sebutan wilayah bangsa Moro.

"Seluruh elemen bersenjata di wilayah kepulauan Filipina semua mengenal Kivlan. Dia begitu dihormati di sana. Saya tahu berbagai orang penting di wilayah itu, seperti Sultan Sulu hingga Nur Misuari yang menawari Kivlan menikah dengan salah satu putrinya, tapi Kivlan menolak. Padahal, adanya tawaran itu menandakan begitu tinggi atau terhormatnya posisi seorang Kivlan Zein yang saat itu memimpin pasukan perdamaian Organisasi Konferensi Islam yang bertugas di Filipina Selatan,’’ kata Teguh ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (2/5).

Teguh kemudian menceritakan bahwa dia bersama putranya yang juga seorang wartawan sempat menelepon Kivlan semalam. Saat itu, Kivlan tengah berada di kediaman Gubernur Sulu. Teguh hanya mendengarkan perbincangan Kivlan dengan putranya.

"Serulah omongan itu. Di sela pembicaraan itu sempat terhenti sesaat ketika terdengar tembakan. Anak saya bertanya, apakah itu tembakan senapan serbu AK-47? Dan itu dijawab Kivlan dengan tertawa, 'Iya, memang kenapa?'’’ katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement