Sabtu 14 Nov 2015 09:13 WIB

NU Gelar Pengadilan Sejarah dengan Tersangka Pemerintah Belanda

 Pasukan Westerling mengumpulkan warga  desa di Sulawesi Selatan  untuk diintrogasi dan ditembak.
Foto: dok. istimewa

Tak hanya menuntut pemerintah Belanda dalam forum pengadilan sejarah, Agus Sunyoto mengatakan, NU akan menulis kembali sejarah Indonesia yang sampai sekarang terlalu berbau kepentingan penjajahan Belanda (colonial minded). Ini dilakukan karena dalam benak bangsa Indonesia mulai tertanaman pemikiran bila negara penajah itu seolah tanpa dosa dan tangannya bersih dari noda darah aneka ragam pembunuhan yang telah mereka lakukan.

’’Nantinya sejarah baru itu kami akan ajarkan di sekolah dan pesantren milik Nahdlatul Ulama, seperti sekolah Ma’arif NU serta madrasah lainnya. Generasi muda NU akan diberi pemahaman bahwa apa yang terjadi di dalam kaum santri sampai saat sekarang ini — seperti munculnya situasi kemiskinan dan kebodohan—itu merupakan buah atau 'sumbangsih' yang nyata dari para penjajah barat, terutama negara Belanda,'' ujarnya.

Akibatnya, cara penulisan dan pengajaran sejarah yang masih banyak  mengekor pada ide sejarah ala era politik etis di tahun 1901, akan didekonstruksi. Di sana posisi peran penjajah, dalam hal ini Belanda, akan kami fokuskan. ''Jadi kami akan katakana kepada generasi penerus NU bahwa merekalah biang keladi dari semua kejahatan dan masalah sosial yang terjadi di Indonesia, yakni para kaum santri. Dan tekad kami sudah sangat bulat,’’ katanya.

Berbagai kalangan yang berkecimpung di dalam penuiisan sejarah, selama ini memang menemui kenyataan begitu dalamnya colonial minded di dalam sejarah Indonesia. Bahkan, pihak penjajah kadang dipresepsikan sebagai ‘tuan putih pengasih' yang ingin memperadabkan bangsa Indonesia.

Pada soal politik etis misalnya di dalam buku sejarang terkesan masih ditulis sebagai politik balas budi untuk mensejahterakan rakyat pribumi. Padahal bagi orang Indonesia politik ini hanyalah merupakan kebijakan 'gula-gula' basa-basi dengan memberian bantuan sekedarnya setelah meremukan dan menghisap kekayaan alam Nusantara, terutama Jawa, melalui tanam paksa. Bahkan dalam data sejarah dari Belanda kadang para pemimpin perjuangan rakyat di tulis sebagai seorang pemabuk dan mengidap penyakit raja singa (penyakit kelamin).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement