Oleh: KH Hasyim Muzadi
REPUBLIKA.CO.ID,
"Idzaa Athlaqats Tsanaa-a 'Alaiyka
Wa Lasta Bi Ahlin
Fatsni Alayhi Bimaa Huwa Ahluh—
Jika Allah membiarkan suatu pujian kepadamu,
padahal engkau tak layak untuk itu
maka pujilah Allah karena Dialah yang berhak atas pujian itu."
--Ibnu 'Atho'—
Sudahlah, kembalikan semua kepada Allah SWT. Jangan membiasakan diri mengaku sebagai pemilik semua hal. Jangan merasa apa yang ada pada kita adalah milik kita. Semua itu milik Allah. Semua alam semesta dan semua yang selain-Nya adalah ciptaan Allah dan milik-Nya. Termasuk kita dan kehidupan kita. Allah yang menciptakan kita sebagai mahluk paling sempurna lalu menganugerahkan kehidupan kepada kita. Kita adalah milik Allah dan pada saatnya akan kembali kepada-Nya.
Sering dalam hidup sehari-hari kita menghadapi beragam masalah. Ada yang menyenangkan ada yang menjengkelkan, mengharukan atau membuat kita tertawa, menenangkan atau membingungkan. Membuat kita bersemangat atau merasa kehilangan harapan. Mendapatkan hinaan atau menangguk pujian. Semua terlahir akibat perbuatan kita. Siapa yang menggerakkan kita? Siapa yang mengatur semua ini? Siapakah sumber segala keteraturan hidup?
Semuanya bersumber dari Allah SWT. Kalau karena sebuah perbuatan, lalu perbuatan itu dianggap sebagai prestasi maka kita mesti belajar mengembalikan semua itu kepada Allah SWT. Penghargaan yang diberikan karena prestasi, pujian yang disajikan karena keluhuran budi, penghormatan yang disampaikan karena ketinggian pencapaian adalah sesuatu yang niscaya. Keniscayaan itu milik Allah. Kita bisa mencapai semua itu karena campur tengan Allah juga.
Allahlah yang menumbuhkan semangat sehingga kita giat bekerja. Allah pula yang menghadirkan wajah ayah-bunda kita sehingga kita selalu berikhtiar agar bisa menjadi anak yang saleh. Allah yang menumbuhkan jalan bagi sukses pekerjaan kita. Allah yang menyingkirkan aral yang melintang sehingga kita bisa sampai di garis finis tugas-tugas kita di kantor. Allah adalah alasan bagi semua kebaikan yang mungkin kita lakukan. Allah adalah segala-galanya dalam kehidupan kita.
Maka, kembalikan semua pujian, penghargaan, dan penghormatan hanya kepada Allah. Jika kita membiasakan berperilaku seperti ini maka Allah akan melempangkan jalan kita untuk selalu berada di dekat-Nya. Paling kurang, Allah akan selalu setia menemani kita, meluruskan jika polah tingkah kita berbelok, memperbaikinya jika ada yang kurang, menegur kita jika amalan tidak berdasarkan semua tuntunan-Nya, dan memaafkan jika kita memohon ampun karena mengakui kesalahan.