Sabtu 08 Aug 2015 08:15 WIB

Hati-Hati! Ghibah Bisa Bermula di Tempat Ngopi

Warung kopi/ilustrasi
Foto: warungmassahar
Warung kopi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan tempat-tempat ngopi yang menawarkan suasana nyaman untuk berdiskusi ataupun nongkrong membuka peluang bergunjing atau ghibah.

"Ghibah dan menggunjing itu dosa amat besar, cerita-cerita di warung kopi tidak produktif dan tak ada gunanya. Kalau ingin mengingatkan saya ada jalurnya,” ujar Bupati Kampar, Jefry Noer, dilansir dari kantor berita Antara, beberapa waktu lalu.

Tidak salah bila sang kepala daerah itu mengasosiasikan warung kopi sebagai sumber gosip karena para pengunjung tempat tersebut cenderung mengobrol ngalor ngidul alias tidak jelas arah pembicaraannya. Padahal, urusan ghibah selalu menjadi perhatian dalam hadis.

“Dari Aisyah ia berkata: saya pernah berkata kepada Nabi: kiranya engkau cukup (puas) dengan Shafiyah begini dan begini, yakni dia itu pendek, maka jawab Nabi Muhammad SAW: Sungguh engkau telah berkata suatu perkataan yang andaikata engkau campur dengan air laut niscaya akan bercampur.” (Riwayat Abu Daud, Tarmizi dan Baihaqi).

Hadis tersebut menyiratkan bahwa perkataan ghibah seolah-olah bisa membuat air laut terkontaminasi. Sehingga jika ada zat yang bisa membuat air laut tercemar, maka zat itu sangat luar biasa volume dan daya rusaknya. Maka, seperti itulah ilustrasi dari ghibah. (Baca: Rasul pun Suka Mandi Hujan)

Dalam hadis lain, dahsyatnya dosa ghibah digambarkan lebih parah dari menyetubuhi ibu kandung sendiri. “Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya.” (HR Abu Daud).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement