Sabtu 01 Aug 2015 17:46 WIB
muktamar nahdlatul ulama

Said Aqil: AHWA Wasiat Mbah Sahal

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (ketiga kiri) memberikan sambutannya dalam halal bihalal PBNU di Kantor PBNU, Jakarra, Selasa (28/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (ketiga kiri) memberikan sambutannya dalam halal bihalal PBNU di Kantor PBNU, Jakarra, Selasa (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan, pemilihan Rais 'Aam dengan Ahlul Halli Wal 'Aqdi (AHWA) merupakan wasiat almarhum Kiai Sahal Mahfudz.

Kiai Said pun sependapat dengan mantan Rais 'Aam PBNU itu. "Ini wasiat Kiai Sahal Mahfud almarhum," kata Said di Ponpes Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8).

Menurutnya, Muktamar NU ke-32 di Makassar membawa pengalaman kurang baik saat Rais 'Aam dipilih dengan cara voting, meski kemudian dimufakati KH Sahal yang jadi setelah KH Hasyim Muzadi mengundurkan diri. Sebab seolah-olah kedudukan tertinggi di PBNU diperebutkan seperti jabatan politik.

Said menambahkan, mekanisme musyawarah mufakat atau AHWA ini tidak datang tiba-tiba. Keputusan ini sudah dikaji lama sebelum hiruk pikuk muktamar. Baru kemudian diputuskan dalam Munas NU di Jakarta Juni lalu yang dihadiri oleh pengurus struktural dan kiai-kiai sepuh di luar struktur organisasi.

Sampai saat ini, masih terjadi perbedaan pendapat di internal NU terkait mekanisme AHWA untuk pemilihan Rais 'Aam. Keputusan final akan dibahas dalam sidang pleno untuk menentukan mekanisme pemilihan Rais 'Aam, Selasa (4/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement