Sabtu 30 May 2015 11:14 WIB

Sutradara Gay Muslim Ini Buat Film tentang Ibadah Haji

Parvez Sharma selfie di depan Kakbah
Foto: nbcnews
Parvez Sharma selfie di depan Kakbah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sutradara dari India Parvez Sharma yang kontroversial karena mengaku sebagai seorang gay Muslim kembali akan merilis perjalanan ibadah hajinya di Tanah Suci, Mekkah.

Film yang akan dirilis di Eropa pada Juni nanti dan di Amerika Serikat pada Juli nanti diberi judul A Sinner in Mecca.

Pada NBC News, sutradara A Jihad for Love (2008) ini mengaku sebenarnya tahu bahwa merekam kegiatan di sekitar Kakbah dilarang. Maka, ia merekam seluruh kegiatannya lewat iPhone4 dengan diam-diam.

“Selama saya di Saudi Arabia, saya tidak berpikir akan membuat film secara khusus. Namun, saya percaya bahwa segala yang apa lakukan saat disana karena saya seorang Muslim yang baik dan akan menjadikan saya menjadi lebih baik,” kata Sharma, Sabtu (30/5).

Segala yang ia rekam, ujarnya, hanya ingin memperlihatkan pada dunia tentang apa sebenarnya Islam.

“Ini bukan film gay, ini film tentang Islam yang harus diketahui oleh negara Barat,” katanya.

Yang menarik perhatiannya adalah segala kebijakan pemerintah Arab Saudi dengan landasan ajaran Wahabi. Padahal, ujarnya, segala ajaran Islam harus berdasarkan Alquran dan hadist.

“Ibadah haji mengubahku selamanya. Seperti yang aku katakan dalam film, tak perlu mempertanyakan apakah Islam menerimaku, tapi apakah aku menerima Islam. Bersimpuh sepanjang malam di depan Kakbah seperti magnet buatku,” kata Sharma.

Hal itu, katanya, menguatkan mentalnya dari segala cacian padanya melalui email. Sebagian besar isinya menginginkannya bertobat karena menghina Islam dengan mengaku sebagai gay Muslim.

"Yang terpenting, saya membuat film ini agar ribuan gay Muslim yang takut untuk pergi ke Arab Saudi terinspirasi. Aku melakukan semua ini bagi mereka,” imbuh Sharma pada CBC News.

Film A Sinner in Mecca yang telah ditayangkan di festival Toronto's HotDocs juga menyorot suasana sekitar Kakbah yang dipenuhi hotel-hotel serta mega-mal, termasuk Starbucks. Sharma mengkritiknya karena menilai Kakbah sebagai tempat suci.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement