Jumat 14 Mar 2014 21:23 WIB

Menjalin Persahabatan dalam Islam (2-habis)

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Wisearth.org
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Biasanya kata sahabat dikenakan untuk seseorang yang dekat dalam kehidupan, menjadi kawan seperjuangan dalam masanya, menjadi tempat tumpah kisah di dalamnya, serta menjadi semangat dalam kelemahannya.

Secara literatur bahasa Indonesia, saudara itu mengandung makna orang yang seibu seayah; adik atau kakak; orang yang bertalian keluarga dan sanak. Artinya, makna saudara itu harus memiliki ikatan darah atau nasab.

Di dalam Alquran Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (QS al-Hujuraat [49]: 10). Pada ayat ini kata saudara menggunakan kata ikhwah yang mengandung makna saudara sekandung yang memiliki hubungan dan ikatan darah. Kata ikhwah mengandung makna yang sangat luas dan dalam.

Rasulullah menyampaikan makna saudara dan menegaskan apa yang telah Allah firmankan di dalam Alquran. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Aku sangat ingin sekiranya aku bisa melihat saudara-saudaraku”.

Para sahabat berkata, “Bukankah kami ini saudara-saudara engkau wahai Rasulullah?” Rasul SAW lalu menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah mereka yang beriman kepadaku, tetapi belum pernah melihatku”.

Dalam riwayat Imam Muslim kemudian para sahabat bertanya lagi, “Bagaimana kelak engkau bisa mengenali bahwa mereka yang akan datang belakangan itu adalah umat engkau?”

Rasul SAW menjawab, “Bagaimana menurutmu jika seseorang memiliki kuda yang dahinya putih bercahaya dan berada di tengah-tengah kuda-kuda lain yang semuanya hitam kelam pekat, tidakkah dia tahu yang mana kudanya?”

Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW melanjutkan, “Begitulah mereka saudaraku itu, kelak mereka datang dalam keadaan bercahaya wajahnya dan putih pada daerah bekas-bekas wudhunya”.

Sungguh, dalam ikatan iman, segenap umat adalah saudara dan akan dipertemukan kembali kelak di kiamat. Dan, Rasulullah pun mengenali kita meski dimensi waktu memisahkan kita semua saat ini. “Ruh-ruh itu bagaikan prajurit yang selalu bersiap siaga. Maka siapa yang mengenalnya, ia akan bersatu dan jika tidak mengenalnya akan berpecah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement