Kamis 19 Apr 2018 02:43 WIB

Masjid Batu di Turki Menunggu Kunjungan

Masjid ini dipahat dari batu berusia ribuan tahun.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agus Yulianto
Masjid kuno lokal di Turki bisa menjadi tujuan wisata menarik tak biasa (ilustrasi)
Foto: TRAVELATELIER.COM
Masjid kuno lokal di Turki bisa menjadi tujuan wisata menarik tak biasa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAMAN -- Masjid batu yang terletak di Provinsi Karaman, Anatolia, Turki menunggu pengunjung dari berbagai penjuru. Seperti namanya, masjid ini benar-benar diukir dari batu raksasa yang berada di Desa Taskale.

Masjid tersebut menawarkan keunikan rumah ibadah yang lain dari yang lain. Ia tidak dibangun dari nol, melainkan dipahat dari batu berusia ribuan tahun.

Taskale adalah wilayah penting di masa Romawi akhir dan awal periode Bizantimum. Desa tersebut awalnya disebut Kizillar setelah penduduk Turki menetap di Anatolia.

Saat ini wilayah tersebut jadi pusat perhatian wisatawan karena memiliki ciri khas autentik dari masa lampau. Tempat ini punya wilayah dengan lereng curam di pintu masuk masjid.

Masjid ini adalah kapel pada masa awal era Kristiani. Namun akhirnya tempat tersebut jadi rumah ibadah bagi Muslim setelah Islam masuk wilayah.

Masjid Batu ini dilapisi oleh marmer. Strukturnya diukir dari dalam batu dan bergabung dengan batuan-batuan di sekitarnya. Area shalat berbentuk persegi yang memiliki lubang cahaya alami dari jendela raksasa.

Kayu mezzanine menutupi separuh wilayah area shalat sementara mihrab berlapis marmer. Ada ceruk berbentuk setengah lingkaran di dinding masjid arah shalat.

Aula shalat utama mampu menampung 150 hingga 200 orang sekaligus. Direktur Kebudayaan dan Pariwisata Karaman Abdullah Kl mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Takale adalah salah satu pusat pariwisata paling penting.

"Ini berkat warisan budaya dan suasana otentiknya," kata dia. Desa ini memiliki jejak dari periode yang berbeda termasuk Romawi, Kristen awal, Bizantium, Seljuk dan Ottoman.

Ada 251 lumbung atau kamar batu yang diduga dibangun oleh para pemukim pertama. Orang-orang membangun dengan tangan mereka sendiri. Mereka berangsur mengukir batuan raksasa itu.

Pemukim Muslim awal akan tinggal di lantai bawah dan menyimpan biji-bijian di lantai atas. "Bahkan setelah orang Turki menaklukkan wilayah itu, tempat ini masih dilindungi," katanya.

Kl menceritakan bahwa Masjid Batu awalnya tempat kudus Kristen awal. Menurutnya, selalu ada tempat-tempat suci milik kelompok pada waktu yang berbeda dalam sejarah.

Penduduk saat itu membangun kapel dan gereja kecil di dalam. "Tetapi setelah orang Turki menetap di sini, orang-orang yang mendirikan desa Kzllar mulai menggunakannya sebagai masjid," katanya.

Banyak kapel yang diukir menjadi batu-batu di Anatolia, tetapi hanya ada satu Masjid Batu yang ada saat ini. Kl mengatakan masjid yang tingginya hampir lima meter itu dapat diakses seluruhnya dengan tangga yang telah dibangun dan ditambahkan kemudian.

Masjid dibagi menjadi dua bagian. Ada area untuk sepatu dan tangga. Ada mihrab berukiran khas yang berada di depan aula doa utama dan dilapisi marmer. Area shalat utama dibagi dengan mezzanine kayu. Masjid juga memiliki empat jendela raksasa.

Masjid ini selalu terbuka untuk beribadah. Tidak pernah ditutup sehingga pengunjung dapat datang kapan saja, berdoa dan mengunjungi struktur sejarah ini. Mereka yang telah pergi ke masjid tidak dapat menyembunyikan kekaguman mereka.

Masjid itu sejuk di musim panas dan hangat saat musim dingin. "Ia memiliki suasana alami, sederhana dan damai, saya mengundang semua orang untuk datang melihat tempat ini," tutup Kilic.

sumber : Daily Sabah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement