Rabu 11 Apr 2018 19:29 WIB

Keistimewaan Al-Aqsha dan Umat yang Terpilih

Ada tiga keutamaan Masjid al-Aqsha.

Peta Kompleks Masjid Al-Aqsha.
Foto: Ilustrasi Ninio
Peta Kompleks Masjid Al-Aqsha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada tiga keutamaan Masjid al-Aqsha yang harus selalu diingat oleh Umat Islam, yaitu sebagai kiblat pertama, tempat Isra Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram sebelum ke Sidratul Muntaha dan tempat seluruh Nabi dan Rasul sholat berjamaah diimami Nabi Muhammad SAW pada shubuh hari selepas mi'raj (kalau dalam riwayat, ini harusnya sebelum mi'raj).

Tak ada keterangan pasti dari Rasulullah SAW tentang berapa jumlah Nabi dan Rasul yang memenuhi setiap jengkal tanah Masjid al-Aqsha yang diberkahi di malam Isra tersebut. Namun dalam sebuah riwayat disebutkan jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya adalah 124.000 dan ada kemungkinan semuanya hadir sholat di malam tersebut.

Kondisi ini mengukuhkan Masjid Al-Aqsa sebagai satu-satunya tempat di muka bumi ini di mana seluruh Nabi dan Rasul menjadi saksi sebuah peristiwa sakral serah terima pembawa lentera hidayah dari para Nabi dan umat Bani Israil kepada Nabi Penutup Muhammad SAW dan umatnya. Hal yang seringkali luput di sadari pada setiap kali peristiwa Isra dan Mi'raj diperingati oleh Umat Islam.

Sejak awal Allah SWT memilih Nabi Adam AS sebagai khalifah di muka bumi sekaligus sebagai Nabi pertama bagi umat manusia, lalu memilih Nabi Nuh AS dengan kaumnya sebagai awal keberadaan umat manusia yang terselamatkan dalam petunjukNya dan kemudian memilih Nabi Ibrahim AS sebagai bapak para Nabi dan juga Keluarga Imran di atas umat lainnya, demikian disebutkan dalam QS Ali Imran : 33 Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat.

Sebagaimana kemudian Allah memilih Israil (nama lain dari Nabiyullah Ya'qub AS, putra Nabi Ishaq AS, putra Nabi Ibrahim AS dengan Sayyidah Sarah) dan keturunannya sebagai umat yang diberi kemuliaan pembawa lentera hidayah di tengah umat lainnya.

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (QS Al-Baqarah (2) : 47) Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain". (QS. Al-Maidah (5) : 20)

Tercatat sekian banyak Nabi dan Rasul yang diutus dari kalangan mereka, meski tak seluruhnya disebutkan nama dan kisahnya di dalam Al-Quran. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS An-Nisa' (4) : 164)

Namun para Nabi dan Rasul tersebut menjadi saksi sebuah umat yang tak kenal rasa bersyukur, apatah lagi bersikap taat. Berapa banyak para Nabi dan Rasul dicela, disakiti, dikhianati dan bahkan dibunuh. Inilah kemudian yang menjadi alasan mengapa Al-Quran menyebutkan kisah Bani Israil hingga 43 kali. Sebagai pelajaran bagi umat penggantinya kelak.

Sungguh Kisah perjuangan dakwah Nabi Musa AS yang disebutkan hingga 136 kali dalam Al-Quran menjadi potret umat yang tak lagi pantas mendapatkan keutamaan. Mukjizat besar Nabi Musa yang nyata-nyata mereka saksikan langsung dengan mata kepala sendiri tak mampu meluluhkan hati yang telah mengeras.

Bagaimana bisa laut yang terbelah menakjubkan hingga menye lamatkan mereka dari kejaran dan kekejaman Firaun dan pasukannya, seketika mereka lupakan seolah peristiwa biasa tak ada arti.

Demikian pula sikap dan pembangkangan yang sama, mereka tunjukkan atas mukjizat-mukjizat lainnya dan juga pada Nabi dan Rasul selanjutnya. Sebut saja pada Nabiyullah Thalut, pan dangan bahwa kemuliaan harus diukur dari garis keturunan, keberlimpahan harta dan jabatan telah mem butakan mata hati mereka untuk tunduk patuh pada Thalut yang telah dipilih Allah SWT. (bersambung) (bersambung ini maksudnya apa ya ?)

Hingga di akhir masa, saat Allah me nurunkan Nabi Isa AS sebagai Rasul, di bersamai Nabi yang sezaman dengannya yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakariya. Butuh tiga Nabi dalam satu masa untuk meluruskan Bani Israil. Meski akhirnya tak ada yang selamat dari ketiga Rasul tersebut (kecuali Nabiyullah Isa AS) dari pembunuhan keji yang mereka klaim dengan penuh kebanggaan.

Ketika mereka mengklaim telah membunuh Nabi Isa AS sebagaimana yang diceritakan Al-Quran Surat An-Nisaa (4) : 157, Dan Kami hukum juga mereka karena ucapan mereka, Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, yang mereka ejek dengan menamainya Rasul Allah padahal mereka tidak beriman kepadanya. Mereka mengatakan telah membunuhnya, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya.

Dalam ayat tersebut mereka nyata menyebut Isa AS sebagai Rasulullah (Utusan Allah) namun tetap hendak mereka bunuh. Betapa memang gelar almaghdhuub alaihim (umat yang dimurkai) pantas disematkan pada mereka yang lidahnya lancar mengalir kalimat kebenaran namun tak sedikitpun mengairi hati mereka yang telah membatu.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement