Jumat 16 Mar 2018 14:16 WIB

Kelahiran Ushul Fikih

Ushul Fikih lahir saat peradaban Islam tengah mengalami era keemasan.

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
 Kontribusi umat Islam bagi peradaban manusia adalah fakta yang tak terbantahkan.
Foto: theellisschool.org
Kontribusi umat Islam bagi peradaban manusia adalah fakta yang tak terbantahkan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pada penghujung abad ke-2 Hijriyah atau awal abad ke-3 Hijriyah, ushul fikih memasuki masa kelahiran yang sebenarnya. Adalah Imam Syafi'i, seorang ulama dan cendekiawan yang berasal dari bangsa Quraisy, tampil sebagai peramu serta pembuat sistematika dan membukukan ushul fikih.

Menurut Abdul Wahab Abu Sulaiman, upaya pembukuan ushul fikih sejalan dengan perkembangan ilmu keislaman di era itu. “Perkembangan pesat ilmu keislaman dimulai pada era kepemimpinan Khalifah Harun ar-Rasyid (145 H/ 763 H-193 H/809 M,” ungkap Prof Satria. Pada masa itulah, peradaban Islam tengah mengalami era keemasan.

“Imam Syafi'i telah memperoleh peninggalan hukum-hukum fikih yang diwariskan oleh sahabat, tabiin, dan para imam yang telah mendahuluinya,” kata Prof  Abu Zahrah. Selain itu, sang imam juga memiliki rekaman hasil diskusi antara aliran fikih yang bermacam-macam. Sehingga, Imam Syafi'i mendapatkan gambaran yang konkret antara fikih ahli Madinah dan fikih ahli Irak.

Bermodalkan itu semua ditambah pengetahuannya tentang fikih Madinah yang dipelajarinya dari Imam Malik, dan fikih Irak yang dipelajari dari Imam Muhammad bin Hasan, serta fikih Makkah, serta kecerdasannya yang luar biasa, Imam Syafi'i kemudian menyusun kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang ijtihad yang benar dan ijtihad yang salah.

Kaidah-kaidah itulah yang akhirnya disebut ushul fikih,” ujar Prof Abu Zahrah. Menurut Ensiklopedi Islam, kajian keilmuan ushul fikih pertama sebagai sebuah disiplin ilmu ditulis Imam Syafi'i dalam kitab yang bertajuk ar-Risalah.

Munculnya ar-Risalah, menurut Prof Satria, sebagai fase awal perkembangan ushul fikih, sebagai sebuah disiplin ilmu. Secara umum, pembicaraan dalam kitab itu berkisar pada landasan-landasan pembentukan fikih, yakni Alquran, sunah Rasulullah SAW, ijmak, fatwa sahabat, dan qiyas. "Imam Syafi'i adalah orang yang paling berhak disebut sebagai orang yang pertama kali membukukan ilmu ushul fikih," papar Prof Abu Zahrah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement