Jumat 19 Jan 2018 07:31 WIB

Megahnya Masjid Niujie Cina

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Masjid Niujie
Foto: Wikipedia
Masjid Niujie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Demikian salah atsar yang disandarkan kepada Rasulullah SAW dan cukup masyhur mengenai Cina. Sejak zaman lampau, negeri tersebut dikenal dengan peradabannya yang tinggi. Hal ini antara lain tecermin pada seni arsitektur.

Kekhasan Cina terbukti dapat berpadu dengan budaya-budaya luar. Salah satunya melalui akulturasi dengan peradaban Arab-Islam. Dalam catatan sejarah, Islam telah masuk ke negeri Cina sejak abad ketujuh Masehi. Sejumlah bangunan masjid pun berdiri sebagai pusat aktivitas umat Islam Cina. Salah satunya adalah Masjid Niujie di Beijing.

Masjid ini merupakan salah satu masjid paling tua di Ibu Kota Republik Rakyat Cina (RRC).

Masjid Niujie diduga sudah berusia lebih dari seribu tahun. Dari sekitar 68 unit masjid di Beijing, Masjid Niujie termasuk yang paling besar dan megah. Keberadaannya merupakan tonggak awal masuknya Islam di negeri Cina.

Corak arsitekturnya menandakan perpaduan yang apik antara desain khas Cina dan Arab-Islam.

Merunut pada konteks sejarahnya, Masjid Niujie dibangun saat Kaisar Tonghe dari Dinasti Liao berkuasa. Tepatnya pada 996 Masehi. Ada dua orang berkebangsaan Arab yang ikut menjadi perancangnya.

Kompleks Masjid Niujie mencakup area seluas enam ribu meter persegi. Bangunan utama masjid ini memadukan unsur-unsur peradaban Cina dan Arab- Islam dengan sangat indah. Sekilas, masjid ini lebih menyerupai bangunan-bangunan istana Cina di zaman klasik. Namun, bila kita memasuki ruangan di dalamnya, nuansa Islami begitu kental.

Ada peranan Dinasti Liao dalam mengembangkan masjid ini. Dinasti tersebut meraih puncak kejayaannya pada 1000 Masehi. Luas pengaruhnya hingga ke daerah tundra di Asia Tengah.

Saat itu, Kaisar Liao memerintahkan pemuka Muslim di kawasan Niujie sekarang untuk tidak mendirikan bangunan, kecuali dengan corak khas tradisional.

Meskipun di satu sisi aturan ini cukup mengekang, pelaksanaannya justru menyebabkan akulturasi antara Islam dan Cina. Aturan ini pun pada kenyataannya longgar karena umat Islam setempat masih dibolehkan menampilkan kaligrafi-kaligrafi beraksara Arab di dalam masjid.

Selain itu, figur-figur makhluk bernyawa juga tidak terdapat dalam masjid ini, sebagaimana rumah ibadah Islam pada umumnya.

Untuk memasuki kompleks Masjid Niujie, pengunjung melewati gerbang yang bersisi tembok sepanjang 40 meter. Tembok ini dilapisi marmer berwarna putih cerah. Di ruang utama yang dipakai untuk shalat, desainnya mengikuti gaya arsitektur Dinasti Qing.

Langit-langitnya dihiasi dengan panel persegi. Setiap sudutnya didekorasi dengan pola-pola geografis berwarna merah, kuning, hijau, dan biru. Pola ini serupa dengan yang kerap ditemui pada aula utama Kota Terlarang (The Forbidden City) di pusat kota Beijing.

Nuansa perpaduan Cina-Arab tampil jelas dalam kaligrafi ayat-ayat suci Alquran yang menghiasi permukaan birai kaca serta beberapa titik di dinding ruangan ibadah. Meskipun beraksara Arab, gaya kaligrafi Cina begitu kental. Selain itu, ada pula lukisan bunga serta pola-pola tanaman di sekitar kaligrafi Alquran.

Ruangan utama Masjid Niujie bernama Aula Tungku, terdiri atas tiga koridor dan dapat menampung seribu orang jamaah. Sebanyak 21 tiang yang menopang di dalam bangunan masjid ini. Ada sebuah paviliun berbentuk segi enam yang terletak di bagian belakang ruangan.

Bentuk heksagonal tersebut mirip sebuah tungku sehingga dari sanalah nama aula itu berasal.

Sebagai sebuah bangunan historis, catatan riwayat Masjid Niujie tersimpan baik. Itu berupa prasasti batu yang mengguratkan sejarah pembangunan masjid ini. Misalnya tanggal permulaan pembangunan masjid ini serta jejak rekam pe nambahan bangunan-bangunan di dalam Kom pleks Masjid Niujie. Ada sepenggal pernyataan Kaisar Kang Xi dari Dinasti Qing yang diabadikan pada prasasti tersebut. Tokoh itu berjasa dalam mengadakan renovasi besar atas Masjid Niujie pada 1696.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement