Senin 11 Dec 2017 16:15 WIB

Istanbul Kota Islam yang Megah

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
istanbul
Foto: ap
istanbul

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II al-Fatih, Konstantinopel berhasil menjelma menjadi kota Islam yang megah. Ia memerintahkan pembangunan sejumlah infrastruktur penting di kota ini. Mulai dari Grand Bazaar (yang pernah menjadi salah satu pasar terbesar di dunia), Istana Topkapi, hingga Masjid Fatih.

Pada masa selanjutnya, di Konstantinopel mulai banyak bermunculan maha karya arsitektur lainnya, seperti kompleks Sulaimaniyah, Masjid Sehzade, Masjid Rustem Pasha, Masjid Mihrimah Sultan, dan kompleks Masjid Semsi Pasa. Semua bangunan megah tersebut di rancang oleh seorang aristek Turki yang masyhur, Khawja Mimar Sinan (1489- 1588).

Konstantinopel terus tumbuh menjadi kota besar dunia. Bahkan, saat kekuatan Kesultanan Utsmaniyah mulai meredup sejak abad ke-18, kota ini tidak pernah sedikit pun kehilangan pesonanya. Bagi orang-orang Eropa Barat yang pernah berkunjung ke Konstantinopel, kota ini selalu menyisakan kenangan romantis yang tak terlupakan dalam imaji mereka.

Masa Republik Turki

Ketika Kesultanan Utsmaniyah kalah dalam Perang Dunia Pertama, Konstantinopel diduduki oleh Tentara Sekutu (Inggris, Prancis, and Italia) pada 1918. Lima tahun berikutnya, kaum nasionalis Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk berhasil merebut kembali kota ini dari tangan Sekutu lewat penandatanganan Perjanjian Lausanne pada 24 Juli 1923.

Pasukan Turki pertama kali memasuki Konstantinopel pada 6 Oktober 1923. Tiga pekan berikutnya, tepatnya pada 29 Oktober 1923, kaum nasionalis secara resmi mendeklarasikan pendirian Republik Turki dengan Ankara sebagai ibu kotanya.

Sejak dekade 1940-an, Konstantino pel—yang telah berganti nama menjadi Istanbul—terus tumbuh dan berkembang seiring melejitnya kegiatan komersial di sana. Sekarang kota ini tidak saja menyajikan pemandangan khas heritage dari periode klasik, tapi juga wajah modern layaknya kota-kota besar di dunia hari ini pada umumnya. Tentu saja, untuk membangun Istanbul menjadi metropolitan dan pusat bisnis di Republik Turki seperti sekarang, banyak situs bersejarah yang harus dikorbankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement