Ahad 10 Dec 2017 06:06 WIB

Temuan Dokter Muslim dalam Pengobatan THT

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada abad pertengahan, belum ada alat untuk mendiagnosis  penyakit. Berkat observasi dan kemahiran klinis mumpuni,  para ahli dari Arab mampu mendiagnosis berbagai penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan yang dikenal hari ini.

Pada awal abad kesembilan, dokumentasi lengkap tentang  diagnosis dan penanganan penyakit sudah banyak tersedia  dalam berbagai buku. Buku-buku ini kemudian jadi rujukan  dunia kesehatan pada abad-abad kemudian.

Rhazeh (850-923 M) menulis buku kedokteran tentang  penyakit dan gangguan pada gigi, telinga, hidung, dan  tenggorokan. Ia bahkan pernah menggunakan  sinar matahari atau bantuan pantulan cahaya cermin untuk  memeriksa telinga, hidung, dan tenggorokan pasiennya. Rhazeh juga mendeskripsikan pembengkakan telinga luar  dan tengah serta menguraikan komplikasinya. Pun  penyakit pada hidung, mulut, faring, dan laring. 

Rhazeh merupakan orang pertama yang mendeskripsikan rhinorrhea musiman dan menjelaskan penyebabnya. Rhinorrhea adalah suatu kondisi di mana rongga hidung dipenuhi dengan sejumlah besar cairan lendir.

 Ia juga  memiliki studi tentang demam. Rhazeh juga jadi orang  pertama yang membedakan campak dengan cacar serta  mengoreksi kesalahan yang menyebut kedua sakit itu  merupakan hal yang sama. Dialah pula dokter pertama  yang mengidentifikasi alkohol dan memanfaatkannya untuk  antiseptik.

Dalam dunia bedah, Rhazeh punya temuan baru. Ia  tercatat sebagai dokter pertama yang menggunakan anastesi  inhalasi umum dalam bentuk spons anastesi. Spons  tersebut direndam dalam larutan opium, henbane, dudaim,  dan azalea Alpina. Sebelum dibedah, pasien menghirup  spons hasil rendaman tadi. 

Penemuan Rhazeh yang paling menarik adalah  penggunaan tali yang diikat membentuk simpul untuk  menghilangkan pembengkakan nasal dan nasofaringeal.  Tali yang digunakannya diikat sehingga membentuk  beberapa simpul mati. Tali ini lalu dilewatkan melalui  hidung dan dikeluarkan melalui mulut. Metode ini sama  seperti cara kerja gigli saw. 

Pengobatan  gangguan THT merupakan kontribusi besar dunia Islam  bagi peradaban manusia hingga saat ini. Penemuan-penemuan mereka tak bisa dipungkiri turut membantu  kebangkitan Eropa. Bahkan, ahli kedokteran Eropa, De Boer mengatakan, ilmu kedokteran tak akan ada sampai dibuat  Hippocrates, mati sampai Galen menghidupkan, terpencar sampai Rhazeh mengumpulkan, dan kurang hingga Ibnu Sina melengkapinya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement