Selasa 25 Jul 2017 05:15 WIB

Budak Muslim di Amerika Gigih Pertahankan Akidah

Rep: Lida Puspaningtyas/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Muslim Afrika saat pertama kali menjejakkan kaki di Benua Amerika.
Foto: wordpress.com
Ilustrasi Muslim Afrika saat pertama kali menjejakkan kaki di Benua Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Mempertahankan keyakinan merupakan sisi lain yang sulit dijalani para budak Muslim di Amerika. Meski demikian, ada seorang cendekiawan Afrika-Amerika bernama Eric Lincoln yang tercatat sebagai seorang yang teguh mempertahankan dan mengamalkan Islam.

Ia menjalani gaya hidup Islami secara terang-terangan. Ia shalat, bersedekah, berdoa, dan berpuasa tanpa ditutuptutupi. Ia menolak ketika dipaksa berubah keyakinan.

Meski demikian, banyak juga yang akhirnya menyerah, meski tetap mengamalkan yang 'aman-aman' saja. Menurut tulisan Sylviane A Diouf, Servant of Allah: African Muslims Enslaved in the Americas, banyak budak yang masih mengingat praktik keagamaan, seperti membiasakan diri bersujud saat fajar menyingsing.

Di Pulau Sapelo, lepas pantai Georgia, beberapa praktik Islam masih dilakukan hingga sekarang. Di gereja, pria dan perempuan duduk di sisi berlainan. Mere ka dipisah seperti biasanya dilakukan di masjid. Semua sepatu dilepas dan perempuan diharuskan menutup rambut. Gereja-gereja itu dibangun menghadap Makkah dan jenazah yang dikuburkan pun menghadap kiblat.

Menurut situs PBS, orang-orang yang tinggal di Sapelo adalah keturunan Bilali Muhammad, seorang budak Muslim yang memilih menetap di sana. Ia dikuburkan dengan salinan Alquran. Istrinya yang bernama Phoebe mengenakan jilbab dan anak-anak mereka memiliki nama-nama Islam, seperti Medina dan Fatima.

Pada 1829, Bilali menulis buku kecil tentang keyakinan Islam, seperti cara berwudhu, shalat Subuh, dan azan. Buku kecil ini dikenal sebagai Dokumen Bilali, yang saat ini disimpan di Universitas Georgia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement