Selasa 23 May 2017 04:21 WIB

Menelusuri Jejak Perjalanan Bapak Para Nabi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi rute Masar Ibrahim al-Khalil
Foto: saharamet.org
Ilustrasi rute Masar Ibrahim al-Khalil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terbentang dari Jenin di utara hingga Hebron di selatan, jalur sepanjang 321 kilometer di Tepi Barat, Palestina itu merupakan bagian mega proyek menelusuri kembali jejak perjalanan Bapak Para Nabi, Masar Ibrahim al-Khalil.

Rute Masar Ibrahim al-Khalil berawal dari tempat kelahiran Nabi Ibrahim di Sanliurfa, tenggara Turki lalu ke selatan melintasi Suriah, Yordania, dan Palestina. Rute ini sebenarnya bisa ditarik lebih jauh hingga ke Makkah.

Namun, Perang Suriah mengaburkan rute tua itu dan jalur di Turki masuk ke wilayah tidak aman. Jalur Ibrahim di Tepi Barat merupakan salah satu Jalur Ibrahim yang masih bertahan hingga kini. Meski melintasi dua negara berkonflik, Palestina dan Israel, Masar Ibrahim al-Khalil tidak bertujuan mendamaikan kedua negara.

Tujuan utama digalinya Masar Ibrahim al-Khalil ini merupakan bagian promosi pariwisata setempat dengan mengenalkan ragam kultur yang dilalui rute tua ini. Apalagi, nama Ibrahim sendiri tidak cuma penting sebagai Bapak Para Nabi dalam Islam, tapi juga bagi umat Nasrani dan Yahudi sebagai pembawa ajaran monotheis.

Jalur Masar Ibrahim al-Khalil sendiri tidak benar-benar berada di rute asli yang ditempuh Ibrahim, tapi gabungan kisah dan legenda setempat. Meski demikian, jika mau, pencarian jalur asli jejak perjalanan Nabi Ibrahim bisa dilakukan.

Wisatawan bisa menyusuri Masar Ibrahim al-Khalil dari utara ke selatan dari Jenin, Nablus, Jebel Gerezim, Awarta, Douma, Kufr Malik, Auja, Jerico, Abu Taybah, Ramallah, Yerusalem, Betlehem, dan Hebron. Di sana terdapat kampung-kampung Badui di mana warganya dengan terbuka menerima wisatawan yang berkunjung di rumah-rumah mereka.

Seperti dilansir BBC belum lama ini, ratusan wisatawan asing ataupun lokal menyusuri jalur itu tiap tahunnya. Mereka membelah batas budaya dan agama di sana. Karena sangat panjang, wisatawan bisa menyusuri sebagian saja Jalur Ibrahim ini, misalnya dari Nablus hingga Ras al-Auja. Perjalanan antara dua tempat itu dihiasi pemandangan kebun zaitun, kebun peach, dan lembah bebatuan. Beberapa lahan terbengkalai tampak ditumbuhi tumbuhan opium liar dan tanaman berduri.

Membuka kembali jalur ini tidak seperti membuka jalur di taman. Tim dari BBC yang menyusuri Jalur Ibrahim bekerja keras mencari petunjuk bagian-bagian jalur yang sudah tidak jelas lagi. Belum lagi kerja keras mengatasi hambatan yang ada seperti pos pemeriksaan keamanan baik milik Israel maupun Palestina.

Bila menyusur jalur utara ke selatan, salah satu titik pertama yang akan ditemui di utara adalah Jebel Gerazim, gunung yang berdiri di atas Kota Nablus. Dari atasnya akan nampak Laut Mediterania dan perbukitan Yordania. Di puncak Jebel Gerazim ada sebuah menara yang dibangun Salahuddin Al-Ayyubi.

Di lereng gunung ada permukiman warga Yahudi dari sekte Samaritan yang masih memiliki sekitar 700 pengikut. Salah satu alasan mengapa Yahudi sekte Samaritan mendiami daerah itu adalah karena mereka yakin, Ibrahim pernah datang ke sana dan membangun altar pertama di Kana'an.

Mereka yakin, inilah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Ibrahim. Memasuki Awarta, wisatawan harus menempuh delapan kilometer berkendara mobil untuk memotong pemeriksaan di pos keamanan utama. Di desa di dekat Nablus itu, warganya sangat bergembira karena desa mereka dilalui Masar Ibrahim al-Khalil. Bukan apa-apa, adanya jalur ini ikut mendorong infrastruktur listrik mencapai Desa Awarta. Ini merupakan fasilitas mewah dan sinyal harapan bagi warga Palestina.

Karena itu, mereka tidak berhenti berharap akan ada wisatawan baru esok hari. Sementara ,penampungan air masih mengandalkan infrastruktur sisa masa lampau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement