p { margin-bottom: 0.1in; line-height: 120%; }
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar umat Islam tentu mengenal nama Masjid Qiblatayn, yaitu satu-satunya masjid di dunia yang memiliki dua arah kiblat. Kiblat pertama mengarah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Yerusalem (Palestina) dan yang kedua mengarah ke Baitullah (Ka'bah), Masjidil Haram di Makkah.
Perubahan ini berdasarkan perintah Allah SWT sebagaimana tercantum dalam surah Albaqarah ayat 144. ''Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan, di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan, sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.''
Secara tegas, ayat ini menerangkan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk memalingkan wajah (kiblat)-nya ke arah Masjidil Haram.
Awalnya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah SAW menghadap ke al-Quds (al-Aqsha) ketika melaksanakan shalat semasa di Madinah. Melaksanakan shalat dengan menghadap ke al-Quds itu berlangsung selama lebih kurang 16-17 bulan sebelum datang perintah untuk memalingkan arah kiblat ke Ka'bah, Masjidil Haram.
Namun, Rasulullah SAW menginginkan kiblatnya umat Islam sama seperti kiblatnya Nabi Adam Alaihissalam (AS) dan Ibrahim AS. Rasulullah berharap, Allah mengabulkan permohonannya. Karena itu, Rasul senantiasa menengadahkan wajahnya ke langit dengan harapan turun wahyu yang memerintahkan mengalihkan arah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Hingga akhirnya, turunlah wahyu seperti di atas.
Menurut Imtiaz Ahmad, dalam bukunya Lesson for Every Sensible Person, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Tempat-tempat Bersejarah di Madinah al-Munawwarah, yang menjadi kiblat seluruh nabi untuk melaksanakan shalat adalah Ka'bah yang dibangun sejak masa Nabi Adam AS.
''Sesungguhnya, rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.'' (QS Ali Imran (3): 96).