Rabu 22 Mar 2017 15:59 WIB

Ramla, Kota yang Kini Sarat Kriminalitas

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Ramla City,
Foto: Wikipedia
Ramla City,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perjalanan antara Kairo dan Damaskus pada abad 10, ahli geografi asal Palestina Muhammad Ibnu Ahmad Shams al-Din al-Muqaddasi sempat mengunjungi Ramla. Ia sangat terkesan pada kota ini. Saking terkesannya, al-Muqaddasi menyamakan Ramla dengan Yerusalem. 

''Ramla ditata dengan baik. Airnya bersih dan melimpah. Perdagangan ramai dan pasar-pasar luar biasa,'' tulis al-Muqaddasi dalam salah satu bukunya.

Ramla didirikan sebagai ibu kota provinsi baru di Palestina pada 715, tak lama setelah Palestina dipimpin dinasti Islam. Saat itu Palestina dipimpin oleh seorang gubernur bernama Sulayman ibnu Abu al-Malik.

Pada masa itu, masjid-masjid besar, bangunan-bangunan pemerintah, taman-taman, dan air mancur dibangun. Namun, sebagian besar bangunan ini hancur akibat gempa bumi yang mengguncang Ramla pada abad 11. Meski kemudian dibangun kembali, kejayaannya tak pernah sebanding.

''Hari ini, nyaris tak ada peninggalan masa lalu yang bisa dilihat,'' kata Kepala Divisi Arkeologi Otoritas Cagar Budaya Israel Gideon Avni seperti dilansir laman  BBC, belum lama ini. 

Hari ini, Ramla hanyalah kota kecil yang ditempati warga keturunan Israel dan Arab di dekat Bandara Ben Gurion, 25 kilometer di tenggara Tel Aviv. Malah, Ramla kini kondang sebagai kota yang sarat kriminalitas dan peredaran narkotika. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement