Senin 25 Jul 2016 14:47 WIB

Kepiawaian Memanah Pasukan Muslim Kunci Jatuhnya Konstantinopel

Rep: c64/ Red: Agung Sasongko
Arena Memanah Pengunjung mencoba memanah di ara khusus memanah dalam pameran Islamic Book Fair (IBF) di Istora Senayan Jakarta, Selasa (1/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Arena Memanah Pengunjung mencoba memanah di ara khusus memanah dalam pameran Islamic Book Fair (IBF) di Istora Senayan Jakarta, Selasa (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu cabang olahraga modern, panahan boleh jadi tak sepopuler sepak bola, bulu tangkis, atau bola basket. Namun, bagi umat Islam, panahan menempati posisi yang istimewa. Sebab, ia merupakan salah satu olahraga yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah bersabda, ''Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah," (HR Bukhari/Muslim). Sementara, dalam kesempatan lain, Rasullullah bersabda, ''Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah (kuda).''(HR Muslim)

Melihat hadis tersebut, jelas sekali bahwa olahraga memanah memiliki kaitan erat dengan peradaban Islam. Pada masa Rasulullah dan khulafaur rasyidin, panah dan memanah menjadi sarana penting untuk berperang. Keahlian memanah memberi sumbangsih besar kepada kaum Muslimin dalam memetik kemenangan di berbagai medan perang.

Dalam kisah yang lain, kepiawaian memanah diyakini menjadi kunci kemenangan pasukan yang dipimpin Sultan Muhammad Alfatih saat berjuang merebut Konstatinopel pada abad ke-14. Dalam operasi penaklukan itu, pasukan Sultan Muhammad terlebih dahulu berenang mengarungi Selat Bosphorus, kemudian berkuda sembari melepaskan ribuan anak panah untuk mengobrak-abrik pasukan musuh. Akhirnya, kemenangan pun diperoleh.

Pada masa ketika bangsa Eropa masih terseok dalam ''Era Kegelapan'', peradaban Islam sudah berhasil menciptakan beragam pencapaian, baik di bidang budaya, ilmu pengetahuan, serta seni. Bahkan, ketika bangsa Eropa masih sibuk memikirkan dan membahas berapa banyak malaikat yang duduk di pucuk pohon cemara, para ulama Arab sudah menyelidiki berbagai aspek dari ilmu farmasi, psikoterapi, hingga astronomi.

Di bidang kedokteran pun ilmuwan Islam bergerak lebih maju dan lebih dulu dibanding ilmuwan Barat. Dunia Islam sudah ratusan tahun menemukan teknik anestesi dan praktik pembedahan ketika Barat belum tahu apa-apa tentang hal itu. 

Begitu pula dalam hal memanah. Sejak lama, para ilmuwan Islam mengatakan bahwa memanah merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang dapat  dikembangkan dan dipelajari lebih jauh agar membawa hasil yang lebih baik dan sempurna.

Banyak bukti menunjukkan, kegiatan memanah sudah ada sejak masa penyebaran Islam. Sejumlah teks yang ditemukan menunjukkan adanya pembahasan mengenai panahan, baik yang digunakan dalam peperangan maupun olahraga. Hal ini bukanlah hal yang mengejutkan karena memanah sudah tertanam dalam budaya Islam, bahkan sejak masa Nabi Adam AS diutus Allah SWT ke dunia.

Sejarah Islam menyatakan, Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk memberikan busur dan dua anak panah kepada Nabi Adam. Busur dan anak panah itu kemudian digunakan untuk membunuh seekor burung yang mencuri tanaman milik Adam.

Tak hanya Nabi Adam, tetapi Nabi Muhammad pun merupakan sosok yang andal dalam hal memanah. Bahkan, di Istana Topkapi, Istanbul, Turki, tersimpan tiga buah anak panah yang diyakini milik Nabi Muhammad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement