Senin 28 Dec 2015 13:37 WIB

Kiprah Syaikh Mahfuzh Tremasi di Kancah Internasional

Rep: c34/ Red: Agung Sasongko
Seminar Internasional UIKA Bogor
Foto: Republika/C34
Seminar Internasional UIKA Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Program Pascasarjana Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor menggelar Seminar Internasional di Aula KH Abdullah Sidiq Kampus UIKA, Senin (28/11).

Seminar bertajuk "Peranan Ulama Indonesia di Dunia Pendidikan Internasional" itu secara khusus membahas kiprah Ulama Indonesia Almarhum Syaikh Mahfuzh Tremasi dalam dunia internasional.

Pembicara dalam seminar tersebut yakni Abdullah bin Muhammad Al-Jarullah yang secara khusus merujuk dan mempelajari biografi Syaikh Tremasi.

Paparan mendalam berbahasa Arab dari Ketua Pembina Kegiatan Quran Masjid Nabawi Madinah itu diterjemahkan kepada peserta oleh Sekjen Ikatan Lembaga Quran se-Indonesia Didik Hariyanto dan dilanjutkan oleh Kandidat Doktor Pendidikan Islam UIKA Bogor Agus Hasan Bashori.

Abdullah Al-Jarullah membagi paparannya dalam enam bagian. Bagian-bagian itu antara lain latar belakang zaman saat Mahfuzh Tremasi hidup, riwayat dan nasabnya, para guru dan muridnya, kedudukannya dalam bidang keilmuan serta pujian para ulama, aqidah dan mazhab fiqihnya, serta pengaruh keilmuan dan karya-karya ilmiahnya.

"Banyak pelajaran penting yang bisa dipetik dari sejarah Syekh Mahfuzh Tremasi. Ia Imam besar yang pandai dalam ilmu fiqih, hafal Alquran dan hadits, karya-karyanya kerap jadi hujjah dan dasar dalam berbagai bidang ilmu," ujar pria yang juga berprofesi menjadi Dokter Spesialis Family Medicine itu.

Al-Jarullah menyebutkan, almarhum Ulama mulia asal Tremas, Pacitan, Jawa Timur, itu bernama asli Muhammad Mahfuzh bin Abdullah bin Abdul Mannan Tremasi. Tremasi lahir pada tanggal 12 Jumadil Awal 1280 H di Tremas dan wafat pada awal Bulan Rajab 1338 H di Makkah.

Pada usia 23 tahun, Tremasi berangkat ke Makkah dan bermukim di sana bersama sang ayahanda, Syaikh Abdullah bin Abdul Mannan. Ia juga menempuh beberapa perantauan ilmiah kembali ke kampung halamannya dan Kota Semarang sebelum akhirnya kembali lagi ke Makkah.

"Tiga puluh sekian tahun itu adalah waktu yang singkat untuk menuntut ilmu, mengajarkannya, dan menulis karya-karya monumental," ujar Doktor Qiroah University Islam Madinah tersebut.

Al-Jarullah berharap, kiprah Mahfuzh Tremasi yang menghabiskan usianya untuk menuntut dan mengajarkan ilmu bisa menjadi teladan bagi generasi penerus. Perjalanan hidup dan warisan ilmu Mahfuzh Tremasi bisa menjadi motivasi dan pembangkit semangat dan bekal wawasan bagi penerus jalan dakwah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement