Selasa 26 Sep 2017 12:00 WIB

Tempat Perantauan

Hijrah
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hijrah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Oleh: Karman

Suatu hari Nabi SAW memegang kedua bahu Abdullah bin Umar RA, kemudian Beliau bersabda, "Jadikanlah hidup di dunia ini seolaholeh engkau berada di tempat asing (perantauan) atau hanya sekadar tempat lewat." (HR Bukhari).

Merantau adalah pergi ke suatu tempat untuk sementara. Jika tujuan merantau untuk bekerja, perantau akan bekerja keras untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Bekal itu akan dibawa dan digunakan di kampung halamannya, sebagai tempat menetap sebenarnya.

Perantau tidak akan banyak membeli properti di tempat perantauan atau membeli barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan di kampung halaman. Sebab, ia sadar bahwa hidup di perantauan hanya sementara. Sebab itu, perintah Nabi SAW tersebut setidaknya memiliki tiga mak na. Pertama, kita sebagai seorang Muslim mesti meyakini bahwa dunia hanya tempat singgah, transit menuju alam akhirat yang kekal.

Tentu, keyakinan ini berbeda dengan orang kafir yang sepertinya meyakini kehidupan dunia kekal. Padahal, menurut Alquran, akhirat itu jauh lebih baik dan kekal. "Tetapi kamu (orangorang kafir) mengutamakan kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS al-A'la [87]: 16-17).

Kedua, kita harus menjadikan dunia ini sebagai tempat beramal saleh seba gai bekal akhirat. Jenis amal (kerja) apa pun yang kita lakoni bisa menjadi amal saleh, asalkan pekerjaannya baik dan dikerjakan atas dasar iman kepada Allah. Dan semua itu akan menjadi be kal bertemu dengan Allah dan tiket masuk surga-Nya.

Sebagaimana firman-Nya, "Se sung guhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal." (QS al-Kahfi [18]: 107).

"... Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah ke pada Tuhannya." (QS al-Kahfi [18]: 107).

Ketiga, hasil kerja di dunia jangan hanya digunakan untuk kepentingan dunia semata, seperti membeli rumah, mobil, atau lainnya. Namun, sebagian nya harus disisihkan untuk kepentingan akhirat melalui penunaian zakat, infak, sedekah, dan amal saleh lainnya. Bah kan, supaya hidup kita tidak sia-sia, mes tinya semua yang kita kerjakan dan miliki diorientasikan untuk kampung akhirat.

"Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (keba hagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepa damu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (mu ka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyu kai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS al-Qashshash [28]: 77).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement