REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dra Hj Siti Faizah *)
Kisah inspiratif sekelompok pemuda di masa lampau yang hidup di zaman kepemimpinan seorang raja musyrik, bengis, jahat dan dzolim. Sekelompok pemuka yang dikenal dengan Ash-Habul Kahfi itu bakal menjadi surat dalam Al Qu’an, Al Kahfi.kisah mereka bias dibaca dalam ayat 9-22. Mereka beriman kepada Allah Ta’ala dengan keimanan yang murni, tanpa bercampur dengan kemusyrikan. Sementara penguasa negeri dan mayoritas masyarakat menuduh, memfitnah Al Kholiq mengambil anak (Qs. Al Kahfi : 4).
Surah yang memuat 4 kisah yang dipaparkan dalam 71 ayat dari 110 ayat yang ada, dilatarbelakangi situasi memanasnya perang pendapat antara Rasulullah SAW dan kaum musyrikin Quraisy. Kala itu disebut masa pertentangan antara iman dan materialism. Pertanyaan kaum musyrikin tentang kisah sekelompok pemuda itu hendak menguji kebenaran Muhammad SAW sebagai utusan Allah Ta’ala.
Di setiap masa, pertentangan semacam ini selalu marak. Ditengah pergulatan ideology, social, politik, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan yang menimpa suatu negeri akan menyulut ketidakpastian, kekuatan, keagamaan bahkan penderitaan. Masyarakat Muslim akan dihadapkan pada dua kubu. Satu kubu berpegang teguh pada nilai keimanan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Disisi lain yang kebih condong kepada iming-iming, imbalan materi, jabatan, jaminan keamanan, dan bentuk lainnya. Pilihan ini sesungguhnya hendak menampakan kecenderungan seseorang atau sekelompok dan membuka jati dirinya, keberpihakannya, sikap dan perilaku, pilihan bahkan asumsi, pemikiran, pendapat, dan keputusan yang mengandung konsekuensi bagi seseorang di dunia dan di akhirat.
Kisah Ash Habul Kahfi ini merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta’ala. Terlepas dari latar belakang turunnya ayat ini untuk menguatkan keimanan terhadap kebenaran Rasulullah SAW sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Nampak hikmah yang tersirat di dalamnya bermanfaat sebagai bukti dan penguat keimanan bagi orang yang beriman. Dengan kisah ini juga, ia ingin memperbaiki akidah, pola piker,dan pandangan manusia agar lebih berpihak dan mendasarkan pilihan dalam hidupnya berlandaskan keimanan dan tidak tergiur dengan materi yang dapat merusak akidah, dan keimanannya.
Alkisah sebelum mereka di tidurkan oleh Allah Ta’ala, ada permohonan yang mereka panjatkan kepada Dzat Yang Maha Perkasa, sekaligus menjadi contoh dan kebaikan bagi orang yang beriman sesudah mereka. –Ingatlah ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo’a, Ya Rabb kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami–. (QS. Al Kahfi : 10)
Doa merupakan senjata bagi orang mukmin dibalik klelemahan, ketidaktahuan, ketidakpasitian dan kebingungannya. Mereka memohon dua perkara, yakni Rahmat dari sisi Allah Ta’ala dan petunjuk yang lurus dalam urusan yang menimpa. Mereka sangat ingin bias mengajak kaumnya untuk menyembah Allah semata, tidak menyekutukannya dengan apapun dan siapapun. Namun hajat mereka tertahan oleh kedzoliman penguasa negeri saat itu dan mendapat dukungan mayoritas penduduk negeri. Di tengah ketidakpastian antara harapan, keimanan yang bersemayam di dalam lubuk hati, akaldan keinginan tetap bisa beribadah, beramal sholih dan berdakwah pada masanya. Namun harus berhadap dengan situasi dan kondisi ipoleksosbudhankammas dalam negerinya yang sangat tidak kondusif dan memaksanya untuk mengambil jalan keluar. Sehingga ia terus berdoa kepada Allah Ta’ala dan berharap petunjuk-Nya dalam mengambil sikap yang tepat bagi dirinya di dunia dan akhirat.
Doa mereka diijabah, Allah Ta’ala mendatangkan Rahmat-Nya berupa petunjuk bagi mereka agar bersafari menuju gua dan ternyata mereka tertidur di dalamnya. Melalui kekuasaan dan mukjizat-Nya, ruh mereka tertahan, terlelap dalam tidur panjang selama 309 tahun, dalam kondisi mata terbukaseakan mereka hidup dan berkehidupan. Manusia dibuat enggan mendekat, apalagi mengganggu tidur mereka. Jadilah mukjizat itu mengemuka menjadi bukti nyata tentang kemnangan orang-orang yang beriman di masa kapanpun, sepanjang landasan pilihan, sikap, perilakunya berlandaskan keimanan kepada Allah Ta’ala dan membela penegakan kalimat-Nya. Bagi yang beriman, ia akan selalu menang dan tetap berada dalam kebenaran. Sementara keberpalingan dan ketergelinciran kebanyakan manusia, sehingga tergoda memilih tawaran menteri, berupa harta dan tahta hanya menjadi penyesalan baginya di dunia dan akhirat. Sedangkan balasan di sisi-Nya bersifat pasti.
Kata Rahmat’ diulang sebanyak enak kali dalam surah yang sama, yakni Qs. Al Kahfi : 10, 16, 58, 65, 82, 98, menunjukan betapa urgensi permohonan
Rahmat-Nya. Semoga Allah Ta’ala member petunjuk kepada umat Islam di mamsa ini dan di masa mendatang, agar tetap teguh dalam berpegang teguh dalam keimanan kepada Allah Ta’ala. Tetap memberikan oenbelaan terhadap yang hak dan nenrangi yang batil. Mengambil manfaat dan ibrah di balik anjuran Rasulullah SAW agar yang membaca surat Al Kahfi disetiap hari Jumat, sekaligus memanjatkan doa yang sama. Ya Allah… masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang selalu mendapat Rahmat dan Petunjuk dari-Mu. Aamiin
*) Ketua Umum PP Salimah 2015-202s