Kamis 26 Feb 2015 16:48 WIB

Pendekatan Dakwah Jangan Hanya Setetes Embun

Rep: Riga Iman/ Red: Agung Sasongko
 Dakwah On The Street yang digelar di Car Free Day (CFD) di Jalan Dago, Bandung, Jawa Barat, Ahad (15/2).  (Republika/Muhammad Taufik Hidayat)?
Dakwah On The Street yang digelar di Car Free Day (CFD) di Jalan Dago, Bandung, Jawa Barat, Ahad (15/2). (Republika/Muhammad Taufik Hidayat)?

Oleh: Ustad Baharsyah Al Munir

Pesantren Bina Ruhiyah (Biru)/Pengasuh Majelis Mahabbah

Dalam berdakwah seseorang mempunyai ciri khas tertentu. Namun, pada intinya harus tetap menyampaikan materi keagamaan dengan lugas, padat, dan penuh sentuhan hati serta jenaka.

Media dakwah dan ceramah bisa disampaikan melalui beragam sarana seperti di stasiun radio maupun televisi. Sehingga upaya syiar Islam dapat tersampaikan secara luas kepada masyarakat khususnya umat Islam.

Cara ceramah yang baik ini diharapkan dapay menyentuh banyak kalangan terutama para remaja yang masih dalam perkembangan menjadi dewasa. Diharapkan, kehadiran dakwah atau siraman rohani dapat menjadi penyejuk bagi mereka.

Model kajian yang bersifat praktis, sejuk serta dekat dengan realitas sehari-hari membuat konsep manajemen cinta menjadi solusi yang tepat bagi permasalahan remaja saat ini. Terlebih, bagi mereka yang hendak membina rumah tangga dengan balutan manajemen cinta.

Metode dakwah diharapkan menjadi kreatif, romantis, inovatif serta menyentuh. Model dakwah dengan manajemen cinta telah banyak menyentuh lapisan terutama anak muda dan masalah keluarga.

Konsep ini dikembangkan berawal dari keprihatinan terhadap anak muda, dengan kondisi pergaulan saat ini yang terlampau bebas atau disebut PPKN atau Pria Perempuan Kurang Norma. Untuk menyentuhnya, maka dibuatlah program ceramah di radio untuk menampung permasalahan remaja dan dicarikan solusi yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Kajian ceramah yang disampaikan sebisa mungkin dikemas untuk anak-anak muda. Contohnya menyampaikan materi berupa singkatan atau akronim tentang cinta, bahasa gaul, tidak menggurui dan layanan curhat pertolongan pertama pada cinta atau P3C. Hasilnya, banyak anak muda yang akhirnya menyampaikan permasalahan dan mendapatkan solusi sesuai nilai-nilai dalam Alquran dan hadist.

Intinya, pendekatan dakwah ini hanya setetes embun. Di mana, masih banyak sekali anak muda bahkan orang tua yang jauh dari nilai batas norma, pergaulan bebas, seks bebas, narkoba dan lain sebagainya.

Oleh karena itu ke depan diperlukan perhatian terhadap lima hal. Pertama, Fisika yang mengandung pengertian film sebagai induk kerusakan akhlak. Pengertiannya, arus media dan dunia maya yang semakin canggih bisa merusak akhlak generasi muda, seperti tontonan pornografi dan kekerasan.

Kedua, IPS yakni Ilmu pengetahuan seks. Dalam pengertian, pentingnya mengajarkan bagaimana Islam mengatur hubungan laki-laki dan perempuan serta menjaga kehormatan dan menikah dalam pandangan Islam.

Ketiga, PAI atau penerapan agama Islam yang bukan hanya sebagai teori, akan tetapi aplikasi dalam kehidupan. Ke empat, Penjas atau pendidikan jadi anak soleh.

Berikutnya Biologi atau bimbingan orang tua longgar dan kurang strategi. Padahal dalam menghadapi masalah kenakalan remaja perlu peran orang tau sebagai pendidik serta tauladan.

Terakhir, Kimia atau ketika ingin maksiat ingat Allah SWT. Di mana, ketika Allah SWT sudah tertanam dalam hati generasi muda tentulah akan terhindar dari perbuatan negatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement