Senin 12 Jan 2015 16:53 WIB

Menyikapi Bencana Alam

Bencana alam (ilustrasi).
Foto: Antara/Embong Salampessy
Bencana alam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Sadili

Dalam beberapa pekan terakhir, negeri kita dilanda bencana alam yang bertubi-tubi. Rentetan bencana alam tersebut membuat masyarakat resah, khususnya pada musim hujan seperti sekarang.

Dalam berinteraksi dengan musibah bencana alam, Islam mengajarkan penganutnya untuk bersabar dan mengambil pelajaran atas kejadian tersebut karena tidak ada suatu kejadian di dunia terjadi secara kebetulan. Semua atas izin Allah dan menyimpan banyak hikmah.

Semakin orang paham hikmah di balik kejadian itu, ia akan semakin lapang hati menerimanya. "Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang ia kehendaki. Dan, barang siapa dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan, hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (QS al-Baqarah: 269).

Kesadaran kepada kekuasaan Allah SWT merupakan pelajaran yang terpenting dari bencana alam. Semesta dan isinya tunduk kepada perintah Allah. Manusia, jin, hewan, gunung, air, bumi, dan semua ciptaannya berada dalam genggaman-Nya.

Bila Allah berkehendak, tidak ada yang dapat mencegah gunung yang kokoh itu meletus, air yang turun dari langit kemudian mengalir membentuk banjir, dan tanah tiba-tiba longsor memakan korban banyak. Capaian kecerdasan manusia dengan segala peralatan supercanggih tak mampu untuk membendung kuasa Allah.

Orang beriman melihat bencana dari segi metafisika, yaitu keinginan tersirat Sang Pencipta di belakang bencana. Sikap yang patut diambil orang mukmin terhadap bencana alam yang menimpa saudara kita adalah pertama, rasa takut bencana-bencana itu akan menimpa kita. Sebagaimana bencana melanda daerah mereka, kawasan kita juga sangat mungkin untuk ditimpa.

Dari Sayidina Aisyah RA bercerita, wajah Rasulullah SAW berubah ketika melihat awan atau angin. Maka, Sayidina Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, saya melihat manusia gembira ketika melihat awan karena mereka mengharap turunnya hujan dan tampak wajah engkau resah melihatnya." Kemudian, Rasul berkata, "Wahai Aisyah, apa yang membuat saya aman bahwa dalam awan/angin itu tidak ada azab? Telah disiksa suatu kaum dengan angin dan kaum lain ketika melihat awan azab berkata, ‘Awan ini datang untuk memberi hujan kepada kita.’" (HR Abu Daud).

Kedua, mencegah kemungkaran. Sebagian orang terkadang mementingkan kesalehan pribadinya. Ia tidak tergerak untuk mencegah kemungkaran yang tersebar di sekelilingnya. Kemungkaran yang dibiarkan bisa menyebabkan turunnya siksa dari Allah.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya manusia apabila melihat kezaliman dan tidak berusaha untuk mencegahnya maka dihawatirkan Allah SWT akan meratakan azab-Nya." (HR Abu Daud).

Ketiga, tobat dari segala dosa. Karena, tobat dapat menolak bencana. Allah berfirman, "Tetapi, Allah tidak akan menghukum mereka selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan, tidaklah pula akan menghukum mereka sedangkan mereka masih memohon ampunan." (QS al-Anfal: 33).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement