Oleh: Moch. Hisyam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syahdan, Zainal Abidin Ali bin al-Husain pernah dihina orang dalam perjalanannya ke masjid. Tak terima majikannya diperlakukan demikian, beberapa orang pembantunya ingin memukul orang tersebut dan menyakitinya. Namun, Zainal Abidin melarang mereka bertindak seperti itu karena kasih sayangnya terhadap orang tersebut.
Lalu, ia berkata kepada orang yang menghina itu, “Pak, aku lebih banyak dari apa yang engkau katakan dan apa yang tidak engkau ketahui tentang diriku itu lebih banyak daripada apa yang engkau ketahui. Jika engkau meminta kebutuhan kepadaku, bilang saja dengan terus terang.” Orang tersebut tersipu malu, kemudian Zainal Abidin membuka baju gamisnya dan menyuruh pembantunya memberikan uang sebanyak seribu dirham kepada orang tersebut.
Sikap yang ditunjukkan oleh Zainal Abidin kepada orang yang menghinanya dalam kisah di atas menunjukkan bagaimana akhlak kasih sayang yang melekat pada diri cucu Rasulullah SAW ini. Pemberian maaf dan pemberian yang dilakukan oleh Zainal Abidin kepada orang yang menghinanya merupakan bentuk dari kasih sayang.
Akhlak kasih sayang yang ditunjukkan oleh cucu Rasulullah SAW tersebut harus kita teladani. Kita mesti berupaya agar akhlak kasih sayang itu melekat pada diri dan menjadi kepribadian diri kita.
Akhlak kasih sayang merupakan akhlak yang terpuji lagi utama yang harus kita miliki. Keutamaan akhlak kasih sayang ini dapat kita pahami dari firman Allah SWT dan hadis Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.” (QS al-Balad [90] : 17-18).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (Diriwayatkan al-Bukhari). Dalam hadis lain, “Sayangilah oleh kalian siapa saja yang ada di bumi niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit.” (Diriwayatkan Thabrani dan al-Hakim).
Sifat kasih sayang terlahir dari hati yang tipis (sensitif) dan kelembutan jiwa. Hatinya sangat peka terhadap perasaan yang dikehendaki oleh orang lain dan kelembutan jiwanya mendorongnya untuk memberikan sesuatu yang ia miliki kepada orang lain.
Inilah yang menjadikan orang memiliki sifat kasih sayang selalu memaafkan kesalahan orang lain, menolong orang yang mendapatkan musibah, membantu orang lemah, memberi makan kepada orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, mengobati orang sakit, dan menghibur orang yang sedih.
Untuk itu, agar akhlak kasih sayang dapat menjadi kepribadian diri kita, salah satu upaya yang harus kita lakukan, yakni hendaknya kita membiasakan diri kita untuk membeningkan jiwa dan membersihkan hati serta mempraktikkannya dalam setiap mengerjakan kebaikan, menjauhi keburukan, dan menghindari kerusakan. Jika kita mampu melaksanakan hal ini, sifat kasih sayang tidak bisa terpisah dengan hati kita. Wallahu’alam