Senin 27 Oct 2014 12:49 WIB

Para Pembantu Presiden

Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla saat membacakan pengumuman kabinet di Istana Negara, Ahad (26/10)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla saat membacakan pengumuman kabinet di Istana Negara, Ahad (26/10)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof KH Didin Hafidhuddin

Dalam sebuah hadis sahih riwayat Imam Nasai, Rasulullah SAW bersabda, “Jika Allah SWT menghendaki seorang penguasa (amir) itu baik (berhasil dalam memimpinnya) maka Allah SWT menjadikan para pembantu (para menteri)-nya orang orang yang shidiq (jujur dan kritis).

Jika penguasa tersebut lupa lalu melakukan kesalahan, mereka itu mengingatkannya. Dan jika melakukan kebaikan, mereka itu menguatkan dan menolongnya.

Namun, jika Allah menghendaki penguasa itu tidak baik (tidak berhasil dalam memimpinnya) maka Allah SWT menjadikan para pembantu (para menteri)-nya itu orang-orang yang suu (kotor hatinya).

Jika penguasa itu melakukan kesalahan, mereka tidak mengingatkannya. Dan jika melakukan kebaikan, mereka membiarkan dan tidak menolongnya.

   

Seseorang yang mendapatkan amanah sebagai penguasa, seperti menjadi presiden, maka ia memiliki tugas yang utama. Sang pemimpin wajib melaksanakan berbagai program dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Masyarakat menjadi mudah beribadah kepada Allah SWT, terpenuhi kebutuhan sandang pangan dan papannya,  dan sehat jasmani rohaninya.

Jika sakit, masyarakat memiliki akses yang mudah untuk berobat. Masyarakat mendapatkan kemudahan untuk mengenyam pendidikan sekaligus kemudahan menghadapi hari tuanya (pensiun).

   

Keberhasilan seorang presiden dalam melaksanakan tugas dan kewajiban tersebut ternyata sangat dipengaruhi oleh para pembantu dan para anggota kabinet (para menteri).

Jika para menterinya jujur, tidak khianat, dan tidak korup, sekaligus berani dan kritis terhadap pemimpinnya itu, penguasa akan berhasil dalam melaksanakan kewajiban utamanya. Ia pun dapat menyejahterakan masyarakat dan bangsanya.

Hanya, jika para menterinya itu buruk kelakukannya, korup dan khianat, pasif dan tidak kritis, penguasa tersebut bukan saja tidak akan berhasil dalam tugas dan kewajibannya. Mereka akan celaka dan menderita kehidupannya di dunia ini apalagi di akhirat nanti dihadapan Allah SWT.

Tentu kita berharap presiden dan wakil presiden RI terpilih (Jokowi dan JK) dapat memilih para menteri yang jujur, bersih hati, dan pikirannya.

Mereka diharapkan memiliki kemampuan dan keahlian di bidangnya, serta memiliki sikap kritis, mendukung presiden dan wakil presiden jika melakukan langkah-langkah yang positif bagi kesejahteraan masyarakat, dan mengoreksinya jika melakukan kesalahan.

Mudah-mudahan masyarakat dan bangsa kita akan memiliki para pemimpin yang amanah, jujur, tidak korup, dan berani berkorban untuk masyarakat dan bangsa.

Wallahu’alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement